Pilot Project Pilah Sampah di Kabupaten Bandung, Anak Muda Jadi Motor Penggerak Perubahan Lingkungan
Kabupaten Bandung tengah menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah.
Tujuannya: menciptakan tata kelola sampah yang terintegrasi, partisipatif, dan berkelanjutan.
Salah satu pendekatan utama ISWMP adalah Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM).
Program ini memulai perubahan dari lingkungan terkecil—dengan membangun kesadaran, membentuk sistem lokal, dan melibatkan warga untuk memilah sampah langsung dari rumah.
Kolaborasi lintas kementerian dan pemerintah daerah memperkuat sistem ini.
Dukungan diberikan melalui penguatan regulasi, perencanaan adaptif, dan pembinaan kelembagaan lokal.
Kelima aspek pengelolaan sampah ditangani secara terpadu:
- Teknis: Pemilahan dari rumah, pengelolaan sampah organik dengan LCO dan komposter, serta penjualan sampah anorganik ke pengepul.
- Kelembagaan: Pembentukan tim pengelola berbasis RT oleh Karang Taruna Burujul 002.
- Pendanaan: Swadaya masyarakat dan pemanfaatan hasil penjualan sampah sebagai dana operasional komunitas.
- Partisipasi: Sosialisasi berjenjang, pelatihan teknis, dan pemasangan stiker rumah sebagai penanda partisipasi.
- Regulasi dan sinergi: Pendampingan dari DLH, Puskesmas, aparatur desa, serta penguatan komitmen antar-OPD.
Menurut Oki Suyatno, Kepala Bidang Persampahan DLH Kabupaten Bandung, pendekatan ISWMP yang menekankan edukasi dan pendampingan langsung telah membawa dampak positif.
“ISWMP hadir untuk mengubah perilaku masyarakat terkait sampah, dengan konsep edukasi dan pendampingan langsung. Kami ingin menggeser budaya lama kumpul-angkut-buang menjadi pengelolaan yang lebih terencana dan berdampak,” ujarnya.
Perubahan ini memang tidak instan.
Ada tahapan transisi perilaku yang harus dilalui: dari mencoba, melaksanakan, menjaga konsistensi, hingga mampu mengajak orang lain ikut serta. Selain membawa perubahan gaya hidup, pendekatan ini juga berdampak nyata secara ekonomi dan operasional.
“Harapan kami, setelah sampah berhasil dipilah dari sumbernya, masyarakat akan merasakan manfaat langsung. Di sisi lain, kami sebagai pemerintah daerah juga dapat menekan biaya operasional,” tambah Oki.
Cerita dari Lapangan: RT 02 RW 17 Desa Mekar Rahayu
Di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, perubahan besar dimulai dari lingkungan kecil.
Sejak Desember 2024, PPAM menggulirkan pilot project pengelolaan sampah di RT 02 RW 17—lingkungan padat dengan 98 Kepala Keluarga.
Dengan fasilitas sederhana seperti ember bekas cat untuk sampah organik dan karung bekas untuk anorganik, warga mulai dikenalkan pada konsep pilah sampah dari rumah.
Karang Taruna menjadi ujung tombak: menimbang, mencatat hasil pilahan, dan mendistribusikan sampah ke pengepul. Hasil penjualan digunakan untuk mendukung kegiatan komunitas.
Hingga Januari 2025, 37 KK telah aktif memilah sampah secara rutin. Warga yang sebelumnya pasif kini mulai mandiri, bahkan menyadari nilai ekonomi dari sampah anorganik.
Pria Bertato di Padalarang Bandung Nyaris Dihakimi Massa, Diduga Lakukan Pencabulan Anak |
![]() |
---|
Tunjangan Perumahan Rp54 Juta, Ketua DPRD Kabupaten Bandung: Dipotong Pajak |
![]() |
---|
Ada Orang Misterius Datang Sebelum Ibu dan Dua Anaknya Tewas di Rumah Kontrakan Bandung |
![]() |
---|
Isi Surat Wasiat Ibu yang Meninggal Bersama 2 Anaknya di Bandung: Lelah Hidup Terlilit Utang |
![]() |
---|
Ibu dan 2 Anaknya Ditemukan Tewas di Bandung, Tinggalkan Secarik Surat untuk Suami |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.