Senin, 29 September 2025

Sosok Ibu di Bandung, Akhiri Hidup Bersama 2 Anak, Wasiat Ungkap Utang dan Derita Rumah Tangga

Ibu EN di Bandung bunuh diri dan racuni dua anak. Surat wasiat ungkap utang, tekanan batin, dan luka rumah tangga.

Editor: Glery Lazuardi
TribunStyle.com - Tribunnews.com
JASAD - Seorang ibu berinisial EN (34) ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakannya di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (5/9/2025). Dua anaknya, AA (9) dan AAP (11 bulan), juga ditemukan tak bernyawa diduga akibat diracun. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang ibu berinisial EN (34) ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakannya di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (5/9/2025). 

Dua anaknya, AA (9) dan AAP (11 bulan), juga ditemukan tak bernyawa diduga akibat diracun. 

Kasus ini mengguncang publik karena menyentuh isu kemiskinan, kesehatan mental, dan lemahnya sistem perlindungan sosial.

Polisi menemukan surat wasiat yang ditinggalkan korban, berisi curahan hati tentang tekanan hidup, utang yang menumpuk, dan kekecewaan terhadap suami yang disebut kerap berbohong dan tidak bertanggung jawab.

Dalam surat yang dilihat Tribunnews.com ada tulisan “Abi cape boga salaki gede bohong wae teh, euweh, sadarna”. “Abi cape dinyerihatekuen wae teh, puguh ning ku batur geus dikuclikan pada ngomongkeun, pada mikangewa bari jeung turumasa salah. Boga salaki kala hayoh we gede bohong jeung gede hutang. Capeeeee”. 

Jika mengartikan dalam bahasa Sunda, maka kalimat ini menggambarkan keputusasaan mendalam dari seorang istri yang merasa tertekan secara emosional dan sosial akibat perilaku suaminya.

Berdasarkan hasil penyelidikan dan isi surat wasiat yang ditemukan di lokasi, EN mengalami tekanan berat akibat masalah ekonomi dan konflik rumah tangga. 

Ia menuliskan bahwa dirinya merasa lelah lahir batin, terus-menerus terlilit utang yang tidak kunjung selesai, dan kecewa terhadap suaminya yang dianggap sering berbohong soal keuangan.

Surat wasiat itu juga mengungkap rasa malu EN karena merasa menyusahkan orang tua dan saudara. Ia menulis bahwa kematiannya adalah bentuk “pengorbanan” agar keluarganya tidak lagi menanggung beban dirinya. 

Yang paling menyayat hati, EN menyampaikan permintaan maaf kepada anak-anaknya dan menyatakan lebih rela masuk neraka daripada melihat mereka hidup sengsara.

EN meminta maaf berulang kali kepada orang tua, saudara, dan anak-anaknya. Ia merasa dirinya menjadi beban dan sumber kesulitan bagi keluarga.

Ia menyebut telah dikucilkan oleh lingkungan sekitar, menjadi bahan omongan, dan merasa tidak punya tempat untuk bersandar.

EN menyebut dirinya sudah tidak kuat menjalani hidup, tidak tahu lagi kepada siapa utang ditujukan, dan merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya.

Anggota KPAI Diyah Puspitarini mengatakan kasus ini merupakan terkategori filisida maternal.

Filisida maternal adalah bentuk pembunuhan anak yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, biasanya dalam kondisi sadar dan bukan karena gangguan jiwa akut. Istilah ini berasal dari kata Latin filius (anak laki-laki) atau filia (anak perempuan) dan -cide (membunuh).

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan