Program Makan Bergizi Gratis
3 Bakteri Berbahaya di MBG Jadi Penyebab 497 Siswa Kulon Progo Keracunan, Dinkes: Harusnya Tak Ada
Dinkes Kulon Progo mengungkapkan ada tiga bakteri berbahaya pada menu MBG yang mengakibatkan ratusan siswa keracunan pada 31 Juli 2025 lalu.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.com - Sebanyak 497 siswa di Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengalami keracunan pada 31 Juli 2025, setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
MBG merupakan program pemerintah Indonesia yang ditujukan untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang membutuhkan, seperti anak usia sekolah, dikutip dari SIPINTER.
"Ada beberapa sekolah yang melaporkan (siswanya keracunan). Meliputi SMPN 2 Wates, SMP Muhammadiyah 2 Bendungan, SDN Troharjo, dan SDN Sogan," ungkap Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kulon Progo, Nur Wahyudi, saat itu, dikutip dari TribunJogja.com.
Buntutnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo pun melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab keracunan yang dialami ratusan siswa.
Hasil uji laboratorium dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta, menunjukkan sampel MBG yang dikonsumsi siswa, terkontaminasi tiga bakteri berbahaya.
Dilansir Kompas.com, tiga bakteri itu adalah:
Baca juga: Buka Dapur Umum MBG Butuh Modal Awal Rp 500 Juta hingga Rp 2 Miliar
1. Bacillus cereus pada nasi
Menurut laman Prodia, Bacillus cereus ditemukan pada makanan yang terkontaminasi dan berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Bakteri ini ditemukan dalam bentuk spora dan vegetatif, di mana spora inilah yang menjadi masalah utama karena bisa bertahan dalam keadaan yang ekstrem, termasuk suhu panas.
Bacillus cereus bisa tumbuh pada pangan, seperti nasi, daging, susu, keju, dan sayuran.
Apabila jenis-jenis pangan itu tidak disimpan atau diolah secara benar, maka Bacillus cereus akan berkembang biak dan menghasilkan toksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
2. Staphylococcus aureus pada tahu goreng dan sayur tumis
Dikutip dari laman resmi Institut Pertanian Bogor (IPB), Staphylococcus aureus bisa memproduksi enterotoksin yang menyebabkan pangan tercemar dan keracunan pada manusia.
Toksin yang dihasilkan bakteri ini bisa bertahan dalam suhu tinggi.
Staphylococcus aureus bisa mati akibat suhu panas, namun toksin yang dihasilkan tidak akan rusak dan masih bisa bertahan, meski dengan pendinginan atau pembekuan.
3. Escherichia coli (E. coli) pada semangka
Dikutip dari laman Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Yogyakarta, Escherichia coli termasuk bakteri baik yang terdapat pada usus manusia, untuk membantu proses pencernaan.
Tetapi, E. coli bisa berbahaya jika jumlahnya melebihi batas normal.
Selain itu, E. coli yang ada di luar tubuh manusia bisa menjadi sumber penyakit.
Contohnya, apabila sumber air mengandung E. coli, jika diminum akan mengakibatkan diare.
Terkait temuan itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulon Progo, Arif Mustofa, mengungkapkan tiga bakteri tersebut tidak seharusnya ada dalam makanan.
"Semua bakteri itu seharusnya tidak ada dalam makanan," kata Arif, Rabu (20/8/2025).
"Kontaminasi tidak hanya terjadi pada satu jenis makanan, melainkan menyebar ke berbagai menu," imbuh dia.
Dinkes pun, ujar Arif, menyimpulkan keracunan disebabkan oleh multi-faktor, dan kemungkinan satu anak terpapar lebih dari satu jenis bakteri.
Kronologi Kejadian
Keracunan yang dialami 497 siswa di Kulon Progo berawal ketika menyantap MBG pada 30 Juli 2025.
Mereka berasal dari SMPN 2 Wates, SMP Muhammadiyah 2 Bendungan, SDN Triharjo, dan SDN Sogan.
Gejala keracunan baru muncul ketika ratusan siswa masuk sekolah pada keesokan harinya, sekitar pukul 7.30 WIB.
Mereka mengalami mual, diare, dan muntah-muntah.
MBG yang dikonsumsi ratusan siswa itu disalurkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Sehati di Kelurahan Kulwaru, Wates.
Penanggungjawab SPPG Dapur Sehati, Rizki Fadilah, mengatakan tim dari Dinkes Kulon Progo telah mengambil sampel makanan yang diduga penyebab keracunan.
"Tadi dari Disdikpora (Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga) dan Bhabinkamtibmas juga datang," kata Rizki pada wartawan, Kamis (31/07/2025), masih dari TribunJogja.com.
Lebih lanjut, ia mengklaim proses pengolahan makanan di SPPG sudah sesuai prosedur.
Pihaknya sudah memiliki aturan ketat untuk sirkulasi bahan baku, kelayakannya, manajemen waktu pengolahan, hingga persiapan untuk distribusinya.
Para pegawai pun wajib memakai Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap, demi menghindari terjadinya kontaminasi. Aktivitas mereka juga dipantau ketat selama menyiapkan makanan MBG.
"Sebab ada penanggungjawab yang selalu memastikan semua prosesnya sudah sesuai prosedur," jelas Rizki.
Dari 497 siswa yang keracunan, hanya satu anak yang menjalani rawat inap di RSUD Wates.
Anak itu dirawat selama dua malam.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunJogja.com/Alexander Aprita, Kompas.com/Dani Julius)
Sumber: TribunSolo.com
Program Makan Bergizi Gratis
Kepala BGN Curhat ke DPR soal Program Makan Bergizi Gratis: Sudah 2 Bulan Kami Kerja 15 Jam Sehari |
---|
Anggota DPR Usul Siswa yang Keracunan MBG Terima Santunan dari Pemerintah |
---|
Wadah Makan Program MBG Impor dari China dan Mengandung Minyak Babi, Ini Penjelasan BGN |
---|
Kepala BGN: 7.475 SPPG Sudah Terbentuk, Tak Gunakan Uang Negara |
---|
Siswa Keracunan MBG, Ketua Gugus di Lombok Barat NTB: Kita Tidak Mau Anak Kita Dikasih Makanan Basi |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.