Nasi Pecel Tumpang Sor Asem, Kuliner Legendaris di Belakang Pasar Triwindu Solo Sejak 1945
Di antara hiruk-pikuk Pasar Triwindu Solo, sebuah warung sederhana menyajikan aroma kacang sangrai dan tempe semakin menggugah selera.
TRIBUNNEWS.COM – Di antara hiruk-pikuk Pasar Triwindu Solo, sebuah warung sederhana menyajikan aroma kacang sangrai dan tempe semakin menggugah selera.
Warung ini bukan hanya tempat makan biasa, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang sebuah resep kuliner rakyat sejak masa kemerdekaan.
Warung Nasi Pecel Tumpang Sor Asem, terletak tak jauh dari Istana Mangkunegaran Surakarta, tepatnya di Jalan Seram, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.
Dengan lokasi tepatnya yaitu belakang Pasar Triwindu.
Lokasi Warung Nasi Pecel Tumpang Sor Asem ini awalnya di kawasan Ngarsopuro, tepatnya di tepi Jalan Diponegoro, tak jauh dari kompleks Istana Mangkunegaran.
Uniknya, pada masa awalnya, warung ini hanya berwujud lapak pikulan sederhana di bawah pohon asem yang rindang.
Dari sana lah nama Sor Asem berasal, yang berarti di bawah pohon asem.
Seiring waktu, lokasi berpindah ke belakang Pasar Triwindu, namun rasa dan semangat yang dibawa dari bawah pohon asem itu tetap hidup hingga kini.
Makna Nama Sor Asem dan Sejarahnya
Warung Nasi Pecel Tumpang Sor Asem telah eksis sejak 1945 dan kini dikelola oleh generasi ketiga.
Pemilik Warung Nasi Pecel Tumpang Sor Asem, Katmi (68) yang merupakan generasi ketiga dari pengelola tempat tersebut, memberikan penjelasan kepada Tribunnews.com mengenai lapak dagangan yang diwariskan secara turun temurun sejak tahun 1945.
Dari generasi pertama, kedua, hingga menuju generasi ketiga yaitu Katmi.
“Pada saat itu, simbah (nenek) saya berjualan di sekitar Jl. Diponegoro, sekitar Pasar Ngarsopuro, dengan menggunakan senik (tenggok), dulang (tampah), serta duduk menggunakan dingklik kayu (bangku kecil) dan berlokasi di ngisor asem (bawah pohon asem),” kata Katmi, Rabu (30/7/2024).
Ia juga menjelaskan proses pindahnya lokasi jualan pada saat itu.
“Setelah simbah saya jualan diteruskan ke ibu saya, yang menggunakan tenda biru, dan setelahnya ketika Pak Jokowi menjabat Wali Kota Solo, warung kemudian direlokasi ke belakang Pasar Triwindu,” ucap Katmi.
Katmi mengungkapkan, “walaupun sudah generasi ketiga, dan lokasi berpindah-pindah, resep yang dibawakan secara turun temurun tetap terjaga”.
Sumber: TribunSolo.com
Agung Baskoro Nilai Ada Upaya 'Membelah' Solo dan Hambalang: Jika Menguat, Poros Lain Akan Dirugikan |
![]() |
---|
Jadwal KRL Commuter Line Jogja-Solo Hari Ini, 15 September 2025: Dari Stasiun Palur dan Yogyakarta |
![]() |
---|
Kemeriahan Menyambut Borobudor Marathon 2025, Ribuan Pelari Ramaikan Friendship Run di Kota Solo |
![]() |
---|
Solusi Mobilitas ala Blue Bird: Terintegrasi, Selalu Diandalkan Kini dan Masa Depan |
![]() |
---|
Hasil Klasemen Super League: Persis Alami Dejavu, Dewa United Keluar dari Zona Merah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.