Minggu, 5 Oktober 2025

Gus Miftah Soroti Aksi Intoleransi di Depok, Padang, dan Sukabumi, Ini Katanya

Rentetan intoleransi Juni–Juli 2025 kembali uji kerukunan bangsa. Gus Miftah minta negara tegas jaga toleransi & moderasi.

Editor: Glery Lazuardi
zoom-inlihat foto Gus Miftah Soroti Aksi Intoleransi di Depok, Padang, dan Sukabumi, Ini Katanya
Instagram @gueinisiapa.mkmk
GUS MIFTAH - Gus Miftah menyerukan pentingnya ketegasan negara dalam menangani intoleransi yang berulang di sejumlah daerah Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM - Rentetan aksi intoleransi yang terjadi dalam dua bulan terakhir di sejumlah daerah di Indonesia kembali menguji komitmen bangsa dalam menjaga kerukunan dan kebinekaan.

Setidaknya, tercatat tiga insiden intoleransi sepanjang Juni hingga Juli 2025 yang menyasar kegiatan ibadah dan pembangunan rumah ibadah umat Kristen.

Kasus terbaru terjadi pada 27 Juli 2025 di Rumah Doa GKSI Anugerah, Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.

Sekelompok warga membubarkan secara paksa kegiatan ibadah dan pengajaran agama Kristen yang tengah berlangsung. 

Sebelumnya, peristiwa serupa terjadi di Cidahu, Sukabumi, pada 27 Juni 2025.

Sebuah kegiatan retret pelajar Kristen yang digelar di vila milik warga dihentikan paksa oleh massa. 

Lalu pada 5 Juli 2025, ratusan warga Depok, Jawa Barat, menggelar unjuk rasa menolak pembangunan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong.

Fenomena ini menuai keprihatinan mendalam dari pendakwah ternama, Gus Miftah.

Ia menilai bahwa intoleransi yang terus berulang tidak hanya mencederai nilai-nilai kebangsaan, tetapi juga membahayakan masa depan persatuan Indonesia.

“Saya sangat prihatin. Ini persoalan serius yang tidak boleh dibiarkan. Pemerintah harus hadir dan tegas,” ujar Gus Miftah saat ditemui di kawasan Bangka, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).

Gus Miftah menitipkan harapan pada pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, agar lebih tegas dan konsisten dalam menjaga toleransi antarumat beragama.

Ia secara khusus menyoroti program Astacita, yang menurutnya punya semangat kuat dalam memperkuat moderasi beragama.

“Salah satu poin penting di Astacita adalah penguatan moderasi beragama. Ini bukan sekadar wacana, tapi cita-cita luhur yang harus kita jaga bersama,” tegasnya.

Menurut pendakwah berusia 44 tahun itu, pendekatan moderat dalam beragama bukanlah bentuk kompromi terhadap keyakinan, melainkan cara merawat harmoni di tengah keberagaman.

Ia menekankan bahwa nilai-nilai Pancasila dan ajaran agama seharusnya saling menguatkan, bukan saling dibenturkan.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved