Bayinya Meninggal, Pasutri di Jepara Curiga Efek Imunisasi DPT, RS PKU Mayong: Infeksi dan Dehidrasi
Bayinya meninggal, pasutri di Jepara tuding akibat efek imunisasi DPT, Rabu (9/7/2025). RS PKU Mayong ungkap faktor dehidrasi dan infeksi.
TRIBUNNEWS.COM - Pasangan suami istri (pasutri) di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengungkapkan kejanggalan atas bayinya yang meninggal diduga akibat dari imunisasi DPT tahap kedua.
Pasutri ini harus menerima kenyataan pahit kehilangan bayi perempuannya yang baru berusia 2,5 bulan pada 29 Juni 2025.
Peristiwa ini dialami Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Muai Agustina (20), warga Desa Wanusobo RT 5 RW 1, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.
Pasangan ini menikah pada 2023 dan dikaruniai buah hati pada 2 April 2025.
Sayangnya, kebahagiaan Diva dan Reza tak berlangsung lama, lantaran putri semata wayang mereka meninggal setelah menjalani beberapa perawatan medis akibat kondisi kesehatannya yang menurun.
"Meninggalnya anak saya itu pada kemarin Minggu pagi sekiranya pukul 08.07 WIB, 29 Juni," ucap Diva pada Rabu (9/7/2025), dikutip dari TribunJateng.com.
Kronologi
Di tengah suasana duka, Diva menjelaskan kejadian bermula saat dia dan istrinya menerima tawaran bidan untuk melakukan imunisasi di posyandu wilayah setempat.
Pada 15 Mei 2025, imunisasi DPT tahap 1 berjalan lancar tanpa ada kendala.
Sebulan berselang, istrinya melanjutkan imunisasi tahap kedua untuk putrinya di posyandu yang sama.
Kemudian anaknya mengalami gejala demam dan bengkak pada bekas suntikan. Gejala sempat mereda setelah tiga hari imunisasi.
Baca juga: Awal Mula Kasus Obat Kedaluwarsa di Puskesmas Bekasi: Bayi Keracunan Usai Imunisasi
Namun, dua pekan setelah imunisasi DPT 2 diberikan, kondisi putri Diva tiba-tiba mengalami kejanggalan karena terbangun tanpa bersuara atau pun menangis.
"Sekiranya pukul 01.00 WIB tengah malam, anak terbangun dengan mata melihat diatas tanpa bersuara tidak menangis," ungkapnya.
Keesokan paginya, Diva dan Reza menuju klinik untuk memeriksa kondisi anaknya.
Dari hasil pemeriksaan, bayi Diva mengalami infeksi dan dehidrasi.
"Saya periksakan anak ke Klinik Dokter Fuad itu di lab, hasilnya anaknya mengalami dehidrasi dan ada infeksi bakteri yang sudah menyebar keseluruh tubuh," jelasnya.
Diva kemudian meminta rujukan ke Rumah Sakit (RS) PKU Mayong untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Sesampainya di sana, bayi Diva langsung mendapatkan perawatan intensif di IGD dan dipindah ke ruang ICU Pikuniku untuk dipasang ventilator.
Meski sempat menunjukkan perubahan positif, bayi Diva dinyatakan meninggal pada Minggu (29/6/2025) pagi.
Baca juga: Kronologi Keponakan Ayu Ting Ting Meninggal, Muntah-muntah setelah Imunisasi hingga Wajah Pucat
RS buka suara
Menyikapi tudingan pihak Diva, seorang dokter dari RS PKU Mayong, Rachmad Alsy Fandi, mengungkapkan penyebab kematian bayi Diva.
Rachmad menyebut bayi itu mengalami syok hipovolemik, yakni kondisi darurat medis yang disebabkan volume cairan tubuh berkurang signifkan sehingga jantung tidak dapat memompa darah yang cukup.
Dari hasil tes kesehatan ulang, bayi perempuan itu mengalami kelainan trombosit darah dan infeksi yang telah menyebar ke seluruh badan.
Meski demikian, Rachmad tidak secara spesifik menyebutkan penyebab kematian bayi Diva.
Pasalnya, tidak hanya imunisasi, tetapi banyak faktor yang membuat kesehatan bayi Diva menurun.
"Cuma penyebab sampai meninggal itu banyak faktornya, dehidrasi, demam terlalu tinggi, kejang, infeksi bukan semata-mata infeksi saja," ungkap Rachmad.
Namun dia memastikan, imunisasi yang diberikan kepada balita tidak mengandung bakteri karena pemberiannya harus steril.
"Imunisasi tidak ada bakterinya, mestinya steril, setelah menyuntik kadang bengkak itu dibiarkan bisa menjadi sumber infeksi," lanjutnya.
Baca juga: Viral Imunisasi Disebut Bisa Merusak Sel dan DNA, Kemenkes: Narasi Salah
Selain itu, Rachmad menyoroti selisih waktu saat gejala terjadi.
Dia menyebutkan, kondisi bayi Diva menurun setelah dua minggu dari pemberian imunisasi DPT 2.
Sehingga, kemungkinan terjadi infeksi lantaran perawatan yang kurang maksimal dari orang tua maupun bidan setempat.
"Setelah imunisasi sudah hampir dua minggu, kecuali setelah imunisasi besoknya langsung nge-drop itu."
"Artinya pasca-imunisasi tidak ada perawatan yang baik orang tua maupun bidan setempat," jelas Rachmad.
Dari hasil pemeriksaan dan mengacu pada hasil laboratorium, kata dia, penyebab kematian bayi itu lebih karena adanya syok hipovolemik dan penyebaran infeksi.
"Penyebabnya syok hipovolemik, karena dehidrasi berat, muntah berulang kemudian infeksinya sudah menyebar kemudian kejang itu sumbernya."
"Selebihnya kelainan darah dan segala macam saya belum bisa menyimpulkan," tutupnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Bukan Murni Imunisasi? Dokter PKU Mayong Ungkap Banyak Faktor di Balik Kematian Bayi di Jepara.
(Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunJateng.com/Tito Isna Utama)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.