Kisah Penjual Sempol, Mengais Rezeki Lewat Program Pemberdayaan UMKM Masjid Al Falah Sragen

TRIBUNNEWS.COM - Suara adzan isya telah berkumandang, di tengah riuhnya jalanan perkotaan.

Para pedagang pinggir jalan bergegas berdatangan, menuju masjid untuk menunaikan kewajiban kala itu.

Terlihat jemaah masjid mengambil air wudhu secara bergantian, menunaikan ibadah dengan khusyuk dan tenang.

Suasana masjid ramai seperti biasanya, ada yang sekedar melepas penat perjalanan, minum teh jahe gratis buatan relawan, serta kalangan remaja yang mampir untuk membeli jajan di pinggir trotoar.

Pemandangan tersebut tergambar dari suasana sekitar Masjid Raya Al Falah, Sragen pada Selasa (8/7/2025).

Tampak juga gerobak pedagang kaki lima berderet sepanjang mata memandang.

Mereka memenuhi trotoar masjid dengan berbagai macam makanan dan minuman.

Ada yang berjualan angkringan, durian, dimsum, hingga sempol ayam. 

Di salah satu sudut, berdiri seorang penjual sempol ayam terlihat masih riuh melayani pembeli yang kian berdatangan.

Ia merupakan Suyamto, yang ditemani oleh sang istri. Pemilik gerobak sempol ayam Brylin yang berjualan di depan gerbang masjid raya Al Falah Sragen.

Mereka telah berjualan di Masjid Raya Al Falah mulai dari tahun 2015 silam.

Baca juga: Start Up Buket Bunga Lahir dari Sentuhan Mahasiswi Undip, Keuntungan Berlipat Ganda

Awalnya mereka hanya membuka lapak pada hari Minggu beriringan dengan kajian umum.

Seiring berjalannya waktu, sekaligus pergantian takmir dan program masjid, pada 2023 diluncurkan sebuah program unggulan masjid yakni program pemberdayaan UMKM di area masjid. 

Berawal dari program inilah, Sempol Ayam Brylin turut serta di dalamnya sebagai bagian dari partisipasi jemaah masjid.

Latar belakang Suyamto dan Dwi juga tak jauh-jauh datang sebagai jemaah Al Falah.

Mereka sering mengikuti kegiatan-kegiatan masjid, seperti menjadi relawan masjid hingga mengikuti kajian ahad pagi yang kemudian diberdayakan melalui program pemberdayaan UMKM tersebut. 

"Karena kebetulan saya itu jamaah disini juga, terus ditawari sama masjid buat jualan disekitar sini, supaya bisa ikut menyejahterakan masjid, soalnya kalau masjid Al Falah itu tamunya jauh-jauh, jadi kalo ada tamu dan mau jajan, ngga usah jauh-jauh, ada yang jualan di sekitar sini," ucap Dwi.

Saat ini, setelah diberdayakan dan dibentuk perkumpulan UMKM, Sempol Ayam Brylin sudah dapat membuka lapak setiap hari dan memiliki gerobak di depan gerbang masjid beserta UMKM lainnya.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah kabupaten Sragen, Sempol Ayam Brylin beserta UMKM disekitar masjid dapat membuka lapak mulai pukul 15.00 WIB.

Meskipun telah bekerjasama dengan Masjid Raya Al Falah, lokasi gerobak mereka tetap berada di sepanjang jalan trotoar, sehingga harus tetap mengikuti kebijakan pemerintah setempat.

"Jadi UMKM yang diberdayakan itu ada yang di dalam dan ada yang diluar masjid, kalau yang di dalam itu sudah dibuatkan kios dan bisa buka 24 jam," ucap Dwi.

"Tapi itu kan terbatas ya tempatnya, jadi kalau yang di luar masjid kayak kita ini paling cuma bisa buka buka dari jam 3 sore sampai jam 10 malem aja," imbuhnya. 

Meskipun stand Suyamto dan Dwi tidak berada di dalam masjid, mereka merasa terbantu adanya program pemberdayaan UMKM tersebut.

Yakni dengan alasan selain lokasinya yang strategis dan ramai pengunjung, mereka dapat mengikuti kegiatan-kegiatan di masjid.

(mg/Nur Hidayah)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)