Pendaki Tewas di Gunung Rinjani
'Putri Kami Mati Ditelantarkan', Keluarga Juliana Marins Tuntut Keadilan Usai Anak Tewas di Rinjani
Keluarga Juliana Marins tuntut keadilan usai putri mereka tewas di Rinjani. Autopsi ulang di Brasil diharapkan ungkap kebenaran.
Tragedi di Tanah Rinjani: Ditinggal Sendirian, Juliana Ditemukan Tak Bernyawa
TRIBUNNEWS.COM, BRASIL - Tragedi menyedihkan menimpa seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26), yang tewas setelah terjatuh di jalur pendakian Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, pada 21 Juni 2025.
Ia ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa setelah sempat dilaporkan hilang selama beberapa jam.
Kini, keluarga korban menuntut keadilan dan menyoroti kelalaian yang mereka anggap sebagai faktor utama penyebab kematian Juliana.
Ibunda Juliana, Estela Marins, dalam wawancara emosional dengan program Fantástico dari TV Globo, menyebut bahwa kematian putrinya bukan sekadar kecelakaan biasa.
“Ini sangat menyakitkan dan membuat kami marah. Orang-orang ini telah membunuh putri saya,” kata Estela dengan suara bergetar.
Sementara sang ayah, Manoel Marins, memaparkan kronologi yang membuat keluarga semakin yakin bahwa terdapat unsur kelalaian berat.
Menurutnya, sang pemandu meninggalkan Juliana sendirian di jalur pendakian setelah ia mengeluh kelelahan.
“Dia ditinggal hanya karena pemandunya ingin merokok. Untuk merokok! Saat kembali, putri saya sudah hilang dari pandangan,” tegas Manoel.

Baca juga: Polisi Selesai Periksa TO hingga Pemandu Juliana Marins di Rinjani, Berpotensi Jadi Tersangka?
Pemandu Pergi Merokok, Juliana Tak Pernah Kembali
Menurut penuturan Manoel, kejadian bermula sekitar pukul 04.00 pagi. Juliana meminta istirahat karena merasa lelah.
Pemandu menyuruhnya duduk di tempat dan kemudian pergi sekitar 5–10 menit untuk merokok. Saat kembali, Juliana sudah tak terlihat lagi.
Dua jam berselang, tepat pukul 06.08 pagi, pemandu mengaku baru melihat Juliana kembali dari kejauhan dan merekam sebuah video untuk dilaporkan ke atasannya.
Bagi keluarga, kejadian itu menjadi bukti nyata bahwa keselamatan wisatawan tidak dijaga dengan semestinya.
Bahkan, menurut Manoel, perusahaan wisata menjual paket pendakian lewat kios-kios kecil tanpa memberikan informasi akurat tentang tingkat kesulitan jalur.
“Seolah-olah ini jalur ringan, padahal berbahaya,” katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.