Berita Viral
Sikap Tokoh Sukabumi soal Viral Perusakan: Rumah Tak Jadi Tempat Ibadah, Tidak Lanjut Proses Hukum
Begini sikap dari Forkopimcam dan tokoh masyarakat di Cidahu terkait viralnya insiden perusakan diduga gereja Kristen.
Bahkan, ada salah satu pelaku pengrusakan yang sampai mengambil kayu berbentuk salib dan menjatuhkannya ke lantai.
Selain itu, salib itu juga digunakan massa untuk memecahkan jendela.
Berdasarkan narasi yang dituliskan oleh akun Instagram tersebut, aksi perusakan itu disebabkan bangunan tersebut digunakan tempat ibadah dan setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan, selalu menutupi jalan warga.
"Rumah ini sudah tiga kali digunakan untuk melakukan ibadah Misa. Pernah saat misa beberapa waktu yang lalu sampai ada 23 mobil serta menggunakan bis dan hal itu sebelumnya pernah dilakukan peneguran bahkan sudah melarang dan menolak agar tempat ini digunakan untuk sarana peribadatan," kata ketua RT setempat.
Polisi Sebut Pemilik Ogah Rumahnya Dijadikan Tempat Ibadah Lagi
Di sisi lain, Kapolsek Cidahu, AKP Endang Slamet, mengungkapkan pihaknya sudah mendatangi lokasi dan meminta keterangan dari pengelola rumah yang dirusak tersebut.
Tak cuma itu, pengelola juga wajib memberitahu ke warga setempat jika rumahnya kembali akan dilakukan kegiatan.
“(Pengelola rumah) menyampaikan bahwa mulai saat ini tidak akan melakukan kegiatan yang bersifat ibadah bagi umat non-Muslim, dan akan selalu berkoordinasi kepada lingkungan dan pemerintah setempat apabila ada kegiatan di rumah singgahnya sehingga tidak terjadi miskomunikasi atau salah paham,” ujar Endang pada Minggu (29/6/2025), dikutip dari Kompas.com.
Endang menuturkan rumah tersebut kini dalam pantauan Forkopimcam Cidahu dan tokoh masyarakat setempat.
Dia mengatakan pemantauan tersebut untuk meminimalisir potensi gesekan terkait isu SARA.
Ia mengaku sepakat dengan langkah tersebut karena adanya sensitivitas di mana mayoritas penduduk setempat beragama Islam.
“(Monitoring) tersebut untuk meminimalisir kerawanan Gunkamtibmas karena tidak menutup kemungkinan akan dikaitkan dengan isu SARA, mengingat secara umum warga masyarakat sangat sensitif perihal (kegiatan) tersebut,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Riki Achmad Saepulloh)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.