Senin, 6 Oktober 2025

Diserbu Komentar, Dedi Mulyadi Minta Maaf Jelaskan Cerita Telat Merespons Perusakan Rumah Sukabumi

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menjelaskan kehadirannya dalam kasus perusakan sebuah rumah di Sukabumi terkesan telat respons.

Tangkapan layar dari YouTube Kompas TV
PENJELASAN DEDI MULYADI - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengungkapkan keluarga korban longsor galian C di Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukunpuntang, Kabupaten Cirebon, akan diberi bantuan dengan total nominal Rp35 juta per keluarga. Dedi Mulyadi menjelaskan kehadirannya dalam kasus perusakan sebuah rumah di Sukabumi terkesan telat respons. 

Salah satu akun Instagram yang mengunggah video aksi tersebut adalah @sukabumi_satu pada Sabtu (28/6/2025).

Dalam video tersebut, tampak sejumlah massa merusak bangunan hingga memecahnya.

Bahkan, ada salah satu pelaku pengrusakan yang sampai mengambil kayu berbentuk salib dan menjatuhkannya ke lantai.

Selain itu, salib itu juga digunakan massa untuk memecahkan jendela.

Berdasarkan narasi yang dituliskan oleh akun Instagram tersebut, aksi perusakan itu disebabkan bangunan tersebut digunakan tempat ibadah dan setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan, selalu menutupi jalan warga.

"Rumah ini sudah tiga kali digunakan untuk melakukan ibadah Misa. Pernah saat misa beberapa waktu yang lalu sampai ada 23 mobil serta menggunakan bis dan hal itu sebelumnya pernah dilakukan peneguran bahkan sudah melarang dan menolak agar tempat ini digunakan untuk sarana peribadatan," kata ketua RT setempat.

Polisi Sebut Pemilik Ogah Rumahnya Dijadikan Tempat Ibadah Lagi

Di sisi lain, Kapolsek Cidahu, AKP Endang Slamet, mengungkapkan pihaknya sudah mendatangi lokasi dan meminta keterangan dari pengelola rumah yang dirusak tersebut.

Tak cuma itu, pengelola juga wajib memberitahu ke warga setempat jika rumahnya kembali akan dilakukan kegiatan.

“(Pengelola rumah) menyampaikan bahwa mulai saat ini tidak akan melakukan kegiatan yang bersifat ibadah bagi umat non-Muslim, dan akan selalu berkoordinasi kepada lingkungan dan pemerintah setempat apabila ada kegiatan di rumah singgahnya sehingga tidak terjadi miskomunikasi atau salah paham,” ujar Endang pada Minggu (29/6/2025), dikutip dari Kompas.com.

Endang menuturkan rumah tersebut kini dalam pantauan Forkopimcam Cidahu dan tokoh masyarakat setempat.

Dia mengatakan pemantauan tersebut untuk meminimalisir potensi gesekan terkait isu SARA.

Ia mengaku sepakat dengan langkah tersebut karena  adanya sensitivitas di mana mayoritas penduduk setempat beragama Islam.

“(Monitoring) tersebut untuk meminimalisir kerawanan Gunkamtibmas karena tidak menutup kemungkinan akan dikaitkan dengan isu SARA, mengingat secara umum warga masyarakat sangat sensitif perihal (kegiatan) tersebut,” pungkasnya.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Riki Achmad Saepulloh)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved