Minggu, 5 Oktober 2025

Gunung Lewotobi Meletus

Detik-Detik Gunung Lewotobi Erupsi: Hujan Kerikil, Suara Gemuruh dan Warga Panik Berhamburan

Gunung Lewotobi Laki-laki meletus dahsyat, warga panik, hujan kerikil dan pasir melanda permukiman, Trans Flores ditutup.

|
Editor: Glery Lazuardi
POS-KUPANG.COM/ARNOLD WELIANTO
GUNUNG LEWOTOBI ERUPSI - Suasana mencekam saat Gunung Lewotobi Laki-laki meletus, terlihat kolom abu tebal membumbung tinggi disertai hujan kerikil yang mengguyur pemukiman warga di Flores Timur, Selasa (17/6/2025). Warga panik dan mengungsi ke tempat aman. (Dok. Warga/ist) 

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Suara gemuruh yang mengguncang bumi disertai semburan abu pekat menjadi pertanda awal erupsi dahsyat Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (17/6/2025). 

Warga di berbagai desa panik, berlarian ke tempat aman saat hujan kerikil dan pasir mengguyur permukiman mereka.

Arsen Wepi, warga Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, menjadi saksi mata yang menyaksikan langsung letusan hebat itu. 

“Dari Hewa terlihat jelas. Kami semua terkejut dengar suara gemuruh kuat sekali,” ujarnya.

Erupsi ini bukan hanya terdengar, tapi juga dirasakan secara nyata.

Desa-desa seperti Pululera dan Waiula yang berjarak lebih dari 7 kilometer dari puncak gunung turut diselimuti material vulkanik. 

“Kerikil masih turun, kami semua baik-baik saja, hanya warga panik,” tutur Arsen menggambarkan suasana mencekam.

Baca juga: Update Erupsi Gunung Lewotobi, 24 Penerbangan ke Bali Dibatalkan, Abu Vulkanik Capai Ende

Warga Mengungsi & Jalan Trans Flores Lumpuh

Seiring letusan, sambaran petir menyertai kolom abu setinggi 10 ribu meter.

Sejumlah warga dari Desa Waiula mengungsi ke Desa Riang Baring, Kecamatan Ile Bura, yang dinilai lebih aman. Namun akses terbatas membuat wilayah itu rentan jika eskalasi letusan terjadi.

Di Desa Pululera, tempat Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) berada, perangkat desa Paulus Sony Sang Tukan mengonfirmasi evakuasi warga secara mandiri.

“Warga sudah mengungsi, tinggal kami satu dua orang saja. Ada yang sempat berkumpul di gereja sebelum evakuasi pakai motor dan mobil,” katanya lewat sambungan telepon.

Tony juga menyampaikan kekhawatiran soal kesehatan warga.

“Masker bantuan bencana sebelumnya sudah habis, abu masih tebal. Warga dengan gangguan pernapasan bisa kambuh,” ujarnya.

Di Desa Watowara, Kecamatan Titehena, Konrardus Sang Angin yang sedang berada di Maumere mengaku melihat kolom abu menjulang dari kejauhan.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved