Miris! Efisiensi Anggaran Buat Pekerja Hotel Jogja Digaji di Bawah UMR: Hidup dari Jatah Makan
Efisiensi anggaran pemerintah buat pekerja hotel di Jogja dan NTT sulit hidup, jam kerja dipotong, penghasilan di bawah UMR.
Dampak efisiensi anggaran pemerintah mulai terasa nyata pada bisnis hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Rata-rata okupansi hotel di wilayah ini kini hanya berkisar antara 20 hingga 40 persen pada hari kerja, dan 50 hingga 60 persen saat akhir pekan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengungkapkan kondisi ini membuat industri perhotelan kesulitan bernapas sejak adanya Instruksi Presiden (Inpres) tentang efisiensi anggaran.
“Sejak Inpres dikeluarkan, kami benar-benar tersengal-sengal mencari oksigen. Okupansi hotel hanya 20-40 persen di weekday, dan naik sedikit di akhir pekan,” kata Deddy, Selasa (13/5/2025).
Baca juga: 5.000 Karyawan Hotel dan Restoran di Yogyakarta Dirumahkan Gara-gara Efisiensi Anggaran Pemerintah
Menurut Deddy, seluruh jenis akomodasi di Yogyakarta terdampak kebijakan efisiensi ini, namun hotel bintang tiga dan lima yang paling merasakan dampaknya.
Penurunan okupansi ini bermula sejak Presiden Prabowo Subianto menetapkan efisiensi anggaran untuk kementerian dan lembaga pada 2025.
Kebijakan ini menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat dan membuat orang enggan bepergian, sehingga langsung berimbas ke bisnis hotel.
Meskipun begitu, ada sedikit harapan dari libur Waisak 2025 yang mencatat okupansi hotel di DIY mencapai 75 persen, meskipun tetap turun 10-20 persen dibanding Waisak tahun sebelumnya.
“Angka ini bisa menjadi oksigen bagi kami untuk bertahan,” ujarnya.
Namun, upaya para pelaku usaha hotel di DIY untuk meminta kelonggaran retribusi dan potongan biaya listrik serta air belum mendapat tanggapan serius dari Pemerintah Kota Yogyakarta.
Deddy menyatakan PHRI DIY telah mengajukan permintaan tersebut, tetapi sampai sekarang belum ada kejelasan.
“Karena tidak ada jawaban, kami terpaksa melakukan efisiensi energi dan pengurangan sumber daya manusia,” tambah Deddy.
Lebih dari 5.000 pekerja di 458 anggota hotel dan restoran di DIY harus dirumahkan akibat tekanan ekonomi ini.
Deddy pun berharap pemerintah dapat memberi empati dan perhatian khusus kepada sektor perhotelan yang sangat terdampak ini agar industri bisa bertahan di tengah tekanan efisiensi anggaran.
Dampak Efisiensi Anggaran pada Sektor Perhotelan Menurut Pengamat Ekonomi
Situasi serupa juga dirasakan sektor perhotelan dan restoran di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.