Senin, 6 Oktober 2025

'Aku Hanya Ingin Hidup Normal'

Stigma negatif yang berkembang di masyarakat menjadi satu di antara faktor penghambat pemenuhan hak anak bagi penderita HIV/AIDS

|
Tribunnews.com/Chrysnha Pradipha
MENONTON KARTUN - Anak-anak penghuni Yayasan Lentera Surakarta tengah asyik menonton kartun di televisi Rumah Lentera Anak, tempat di mana anak penderita HIV/AIDS hidup bersama, difoto pada Rabu (7/5/2025) 

Di awal merawat anak-anak, Yunus dan teman-temannya harus diam-diam dan belum berani terbuka. Sebab jika ketahuan, pasti tidak akan diperbolehkan warga sekitar.

Ia beberapa kali dipanggil dan harus menjelaskan aktivitas yayasan kepada warga. Yunus juga pernah didemo hingga barang-barang milik yayasan dikeluarkan.

Oleh karena itu, saat jumlah anak-anak yang dirawat bertambah, ia berusaha Yayasan Lentera Surakarta mendapatkan legalitas.

Setelah berusaha kurang lebih setahun, Yayasan Lentera Surakarta resmi berbadan hukum serta terdaftar di Kementerian Sosial (Kemensos) dan Kementerian Hukum dan HAM pada tahun 2014.

Penuhi Hak Anak

Yunus menjelaskan, model perawatan anak-anak dengan HIV/AIDS sama seperti keluarga pada umumnya. Mereka beraktivitas layaknya sebuah keluarga. Bahkan kepada Yunus, anak-anak ini memanggil 'ayah'.

Mereka bebas bermain, makan sepuasnya, menggunakan HP, hingga jalan-jalan seperti anak-anak lainnya. Tak ada aturan dan kegiatan khusus yang aneh-aneh. 

Mereka juga diajarkan kemandirian bahkan menjaga diri sendiri agar ketika keluar dari rumah, mereka tak lagi kesulitan menghadapi dunia luar. Diharapkan mereka juga bisa bermanfaat untuk orang lain.

Hanya saja, karena menderita HIV/AIDS, mereka harus rutin meminum obat antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan cara menghambat virus HIV untuk bereplikasi dan menghancurkan sel kekebalan tubuh. 

"Itu yang wajib kita pantau dan jangan sampai lengah. Bagaimana pun anak-anak dalam kondisi 'bersahabat' dengan virus, jadi harus rutin meminum ARV," kata dia.

RUMAH LENTERA - Pendiri Yayasan Lentera Surakarta, Yunus Prasetyo ditemui pada Rabu (7/5/2025)
RUMAH LENTERA - Pendiri Yayasan Lentera Surakarta, Yunus Prasetyo ditemui pada Rabu (7/5/2025) (Tribunnews.com/Chrysnha Pradipha)

Nah, di sinilah peran pengasuh dibutuhkan. Mereka akan diuji kesabaran dan ketelatenan saat anak-anak menolak minum obat.

"Ya, ada satu dua anak yang seperti itu (menolak minum obat, red), namanya juga anak-anak, biasanya karena mereka bosan. Kembali lagi pada keahlian pengasuh untuk membujuk anak-anak ini."

"Kalau anak-anak yang besar sudah paham harus minum obat setiap hari dan tidak boleh terlewat barang satu hari pun," kata Yunus.

Selain merawat, mereka juga mendampingi anak-anak melewati hari-hari mereka. Total ada enam pendamping di Yayasan Lentera Surakarta.

Tugas lainnya adalah mengantarkan anak-anak dengan HIV/AIDS memeriksakan kesehatan sebulan sekali ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi, Surakarta.

Namun terhitung sejak beberapa bulan yang lalu, cek kesehatan rutin tak lagi dilakukan di RSUD Moewardi melainkan di Puskesmas Pajang sesuai aturan dari BPJS Kesehatan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved