Penyebab Kakek di Ngawi Pasang Paralon di Alat Vitalnya, Kini Minta Damkar Bantu Lepas
Berikut alasan Suroso, kakek-kakek di Ngawi yang nekat pasang cincin paralon di kemaluannya hingga sakit dan akhirnya minta Damkar untuk melepasnya.
TRIBUNNEWS.COM - Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Jatim), dibuat geleng-geleng kepala oleh aksi Suroso (65), seorang kakek asal Kecamatan Jogorogo.
Pada Selasa (13/5/2025) pagi, Suroso datang melapor ke Kantor Damkar Kabupaten Ngawi dengan keluhan sakit pada alat kelaminnya.
Kasi Penyelamatan dan Evakuasi Pemadam Kebakaran Kabupaten Ngawi, Purwanto, mengungkapkan rasa sakit Suroso bermula dari inisiatifnya yang sengaja memasang cincin paralon pada bagian kemaluannya itu.
Menurut Purwanto, Suroso sengaja memasangi paralon di alat vitalnya itu untuk mengantisipasi supaya tidak berhalusinasi atau berfantasi seksual sehingga kemaluannya tidak bereaksi.
Namun, setelah 2 hari memakai paralon di alat vitalnya, Suroso mulai merasakan sakit karena tidak bisa buang air kecil.
"Beliaunya itu memasang paralon di kemaluannya sejak dua hari lalu, dan dia merasakan sakit yang luar biasa karena tidak bisa buang air kecil, akhirnya dia mempunyai inisiatif untuk datang kepada kami," kata Purwanto kepada SuryaMalang.com, Selasa.
Baca juga: Momen Damkar Copot Cincin di Jari Nenek Sri yang Sudah 20 Tahun Terpasang, Dokter Angkat Tangan
Purwanto menyebutkan, proses penanganan untuk melepas paralon dari alat kelamin Suroso membutuhkan waktu hampir sejam, mulai pukul 04.30 WIB sampai 05.30 WIB.
Dengan melibatkan petugas medis, Suroso dibawa ke Rumah Sakit (RS) Widodo untuk proses lebih lanjut.
"Pelapor punya inisiatif langsung ke Damkar karena sering melihat Damkar dalam menangani aduan aduan masyarakat, kaitannya dengan kehidupan sehari-hari," jelas Purwanto.
"Syukur Alhamdulillah bisa dievakuasi, Damkar dan didampingi tim medis dari Rumah Sakit Widodo untuk pelepasan paralon yang menyangkut di kemaluannya," lanjutnya.
Proses evakuasi pelepasan cincin paralon berlangsung dengan hati hati dan lancar.
Suroso pun berjanji tidak akan mengulangi perbuatan yang membahayakan dirinya itu.
Setelah selesai, Suroso kemudian dijemput oleh pihak keluarganya untuk beristirahat.
"Kami imbau kepada masyarakat, kalau memang memiliki hasrat ataupun keinginan yang meluap-luap dan tidak bisa dikendalikan, bisa dengan cara istighfar, berdoa," tandasnya.
Kasus Lain
Kejadian serupa juga terjadi di Kabupaten Trenggalek, Jatim, saat tim damkar diminta membantu melepas cincin dari jari kelingking dan ibu jari seorang pasien ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.