Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut
Warga Sebut Masyarakat Sengaja Dilibatkan saat Pemusnahan Amunisi: Orang Pilihan, Berpengalaman
Andi (54), salah seorang warga Desa Sagara, Cibalong, Garut, menyebut bahwa warga memang sudah terbiasa dilibatkan saat pemusnahan amunisi.
"Masyarakat memang dilibatkan dalam proses itu, bukan hanya menggali lubang, tapi dari mulai memilah hingga menyusun," ujar Doni kepada TribunJabar.id, Selasa (13/5/2025).
Ia menuturkan, selama ini warga memang dipercaya oleh TNI untuk ikut membantu pemusnahan.
Doni juga mengatakan tak terima warganya dianggap memulung.
"Kami dari pemerintahan desa tidak menerima warga kami dianggap memulung, tidak mungkin memulung karena lokasi tersebut dijaga ketat. Apalagi saat kejadian kan anggota TNI juga jadi korban," ungkapnya.
Eks Kabais TNI Duga Ada Salah Perhitungan
Eks Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI, Laksamana Muda (purn) Soleman B Ponto, menduga insiden ledakan ini terjadi akibat kesalahan dalam memperkirakan reaksi amunisi.
Menurut Soleman, petugas mengira seluruh amunisi telah meledak pada tahap pertama, namun ternyata masih ada ledakan susulan.
Hal itu mengingat sifat amunisi kedaluwarsa yang tidak stabil dan sulit diprediksi.
"Sebenarnya mungkin sudah ada (perhitungan) ya, dia (TNI) sudah memperhitungkan sekian detik itu sudah aman, nah kebiasaan-kebiasaan ini diteruskan. Ternyata kalau di kasus ini, ibaratnya gempa ada gempa susulan."
"Jadi setelah dia meledak, meledak pertama ternyata ada ledakan kedua lagi, dan ini juga tidak hanya masyarakat sipil tetapi juga ada kepala gudang senjata, saya kira ini salah perhitungan," kata Soleman, dalam Sapa Indonesia Pagi, Kompas TV, Selasa (13/5/2025).
Menurutnya, kejadian ini bukan sekadar insiden tunggal, melainkan menunjukkan adanya kesalahan perhitungan serta pola kebiasaan yang seharusnya dievaluasi.
"Jadi setelah ledakan pertama dia (TNI) sudah deket-deket untuk memeriksa hasil, tapi ternyata ada ledakan kedua, karena ini tidak hanya masyarakat sipil tapi juga para tentara," katanya.
Ia menegaskan bahwa seharusnya ada standar operasional yang melarang warga sipil berada di area berbahaya.
Namun, karena kebiasaan yang dibiarkan, masyarakat akhirnya merasa punya ruang untuk mendekat.
"Masalah pemusnahan bukan kali ini saja terjadi, jadi sering terjadi. Nah mengapa warga sipil itu sampai ke sana, karena tentara ini terlalu baik hati," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.