Kamis, 2 Oktober 2025

Ibadah Haji 2025

Kisah Suwito dan Sumiyati, Pasutri Penjual Bakso Asal Lamongan Ikut Naik Haji Hasil 30 Tahun Dagang

Bahagianya Suwito dan Sumiyati, pasutri penjual bakso asal Lamongan, Jatim, bisa berangkat ke Tanah Suci untuk ibadah haji 2025, usai 12 tahun menanti

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Suci BangunDS
Surya.co.id/Hanif Manshuri
PASUTRI PENJUAL BAKSO - Pasangan suami istri penjual bakso, Suwito dan Sumiyati dijadwalkan berangkat ibadah haji 2025. Pasutri ini sudah menanti selama 12 tahun untuk menunaikan rukun Islam kelima itu. 

TRIBUNNEWS.COM - Musim haji 1446 Hijriyah ini menjadi momen membahagiakan bagi pasangan suami istri (pasutri) Suwito (60) dan Sumiyati (59), warga Desa Kemlagigede, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Jatim).

Bagaimana tidak, Suwito dan Sumiyati termasuk dalam ribuan calon jemaah haji (CJH) asal Lamongan yang akan berangkat ke Tanah Suci Mekkah pada Mei 2025 ini.

Keduanya bukan orang mampu yang bisa sekejap membiayai ibadah haji saat menginginkannya, melainkan harus melalui perjuangan dengan menabung selama 12 tahun dari hasil berjualan bakso.

Pasutri lanjut usia (lansia) itu, telah menjadi penjual bakso di desanya sudah 30 tahun lamanya dan selalu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung agar bisa membiayai ibadah haji.

Seperti kisah dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji di salah satu stasiun televisi, Suwito beserta Sumiyati akhirnya dapat segera mewujudkan impian mereka berangkat ke haramain, dua kota suci Islam yakni Makkah dan Madinah.

Baca juga: Sosok Lalu Pathul Bahri, Bupati Lombok Tengah yang 2 Kali Gagal Berangkat Haji 2025

Suwito dan Sumiyati tercatat mendaftar untuk ibadah haji pada tahun 2013.

Setelah penantian 12 tahun, akhirnya mereka bersama enam anggota keluarganya, termasuk ibu kandungnya, dapat berangkat ke Tanah Suci.

Suwito mengungkapkan, selama ini ia merawat orang tua yang sudah lansia.  

Hasil keuntungan dari usaha jualan bakso yang telah mereka jalankan sejak tahun 1995 itu, ditabung untuk menunaikan ibadah haji bersama anggota keluarga lainnya.

“Tidak menyangka bisa berangkat tahun ini,” kata Suwito, Kamis (8/5/2025), dilansir Surya.co.id.

Suwito mengatakan, semua persiapan keberangkatan telah dilakukan.

"Alhamdulillah hasil berjualan bakso bisa buat pergi haji sekeluarga," sebutnya.

Baca juga: Kakanwil Kemenag Siap Mundur jika Bupati Lombok Tengah Tak Jadi Berangkat Haji, Sudah Ditunda 2 Kali

Menurut Suwito, selama 30 tahun mengais rizki dengan berjualan bakso, ia mendapatkan penuh berkah hingga mampu mewujudkan impiannya memenuhi panggilan menjadi tamu Allah SWT di Tanah Suci.

Suwito dan Sumiyati beserta keluarganya akan berangkat bersama 1.816 jamaah haji lainnya asal Kabupaten Lamongan pada 19 Mei 2025 mendatang. 

Ia lantas berharap perjalanan mereka ke Tanah Suci dapat berjalan lancar dan menjadi haji yang mabrur.

"Semoga perjalanan ke Tanah Suci lancar dan menjadi haji yang mabrur," tutur Suwito.

Sementara itu, Kasi Haji dan Umrah Kemenag Lamongan, Abdul Ghofur mengatakan, apa yang tergambar dari kisah keluarga Suwito dengan Sumiyati menjadi cermin bahwa dengan niat kuat serta bekerja secara istiqomah bisa mewujudkan harapan sebagai tamu Allah SWT.

"Itu contoh yang memotivasi bagi kita umat Islam yang ingin pergi berhaji. Niat yang kuat diimbangi dengan bekerja yang halal," ujar Ghofur.

Baca juga: Sudah Gelar Acara Pelepasan, Bupati Pathul Bahri 2 Kali Kecewa, Keberangkatan Haji Tertunda Lagi

Serba-serbi Musim Haji

Masih di Lamongan, musim haji juga menjadi berkah tersendiri bagi jasa penukaran uang yang ada di Kota Soto itu.

Para CJH banyak yang menyerbu dan menukar rupiah untuk mendapat mata uang Arab Saudi, Riyal.

Sejumlah pelaku usaha jasa penukaran uang mengaku, penukaran mata uang rupiah ke riyal saat musim haji bisa mencapai Rp 80 juta rupiah dalam sehari.

Untuk diketahui, 1 Riyal setara dengan Rp 4.400.

Para CJH mengaku tak ingin repot-repot lagi untuk mendapatkan uang riyal saat belanja di Tanah Suci.

Ahmad, salah seorang pengusaha jasa penukaran uang menyebutkan bahwa dalam sehari, jumlah penukaran uang riyal bisa mencapai lebih dari 50 transaksi.

Dijelaskannya bahwa ia hanya menyediakan pecahan kecil, yaitu 5 dan 10 riyal.

Pecahan uang riyal kecil ini paling banyak dicari oleh CJH karena mudah digunakan saat berbelanja selama berada di Tanah Suci.

"Kami banyak menyediakan itu untuk menuruti pasar, yakni yang dicari 5 hingga 10 riyal. Itu yang umum diburu," ungkap Ahmad, Rabu (7/5/2025), dilansir Surya.co.id.

Menurut Ahmad, puncak penukaran ini biasanya terjadi menjelang keberangkatan jamaah ke asrama.

Bahkan, penukaran uang riyal dapat tembus kisaran Rp 80 juta rupiah dalam satu hari saat CJH sudah berada di asrama.

Ahmad memaparkan, untuk satu bendel pecahan 5 riyal berisi 500 riyal, sedangkan satu bendel pecahan 10 riyal berisi 1000 riyal, dengan kurs yang berlaku, satu riyal setara dengan Rp 5000.

Ia tak menampik jika penukaran uang riyal menjadi sangat penting bagi CJH yang membutuhkan pecahan kecil untuk keperluan sehari-hari selama di Tanah Suci.

Sejumlah CJH juga mengaku tukar uang ke dalam bentuk riyal dengan pecahan 5 riyal hingga 10 riyal akan memudahkan mereka.

"Nanti ketika belanja di sana gampang dengan uang pecahan itu," ucap Viktor, CJH asal Kecamatan Turi, Lamongan.

Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Bak Sinetron Tukang Bubur Naik Haji, Pasutri Penjual Bakso Lamongan Akhiri Penantian Selama 12 Tahun

(Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Surya.co.id/Hanif Manshuri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved