Identitas Wanita Berkerudung Merah Naik Patung Macan Lodaya di Polsek Haurgeulis
Identitas wanita berkerudung merah naik patung Macan Lodaya di Polsek Haurgeulis terungkap. Siapa Dia? Perempuan ini diketahui berinisial IW (27).
TRIBUNNEWS.COM, INDRAMAYU - Identitas wanita berkerudung merah naik patung Macan Lodaya di Polsek Haurgeulis terungkap. Siapa Dia?
Aksi viral seorang wanita berkerudung merah yang naik di atas patung macan Lodaya di Polsek Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, menuai perhatian di media sosial.
Wanita tersebut, yang mengenakan kerudung merah, baju kotak-kotak kuning, celana biru, dan sendal jepit, terlihat duduk di atas patung macan sambil mengoceh sendirian. Video aksinya yang diunggah oleh akun TikTok @dyasya__ menjadi sorotan warganet.
"Banyak yang bilang kayak hero di Mobile Legends, Irithel. Ternyata dia dari Indramayu," komentar salah satu warganet, seperti yang dikutip dari Tribuncirebon.com, Minggu (16/3/2025).
Kapolsek Haurgeulis, AKP Maman Kusmanto, membenarkan kejadian tersebut.
“Perempuan yang viral ini diketahui berinisial IW (27), warga Desa Sukajati, Kecamatan Haurgeulis. Ia menderita gangguan jiwa (ODGJ),” ujarnya saat dikonfirmasi oleh Tribuncirebon.com.
Baca juga: Warga Indramayu Geger, Wanita Berkerudung Merah Menunggangi Patung Macan Lodaya di Polsek Haurgeulis
Kronologi Naik Patung Lodaya
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (11/3/2025) sekitar pukul 10.00 WIB. IW datang ke Mapolsek Haurgeulis dan langsung melakukan aksi yang mengejutkan, yaitu menaiki patung macan Lodaya yang ada di area Polsek.
“Saat itu, petugas piket mencoba menghampiri dan berkomunikasi dengannya, namun IW malah marah dan merusak beberapa motor yang terparkir di halaman Polsek,” ujar Kapolsek Maman.
Setelah merusak motor, IW berlari dan langsung naik ke patung macan Lodaya, duduk di atasnya, dan mulai mengoceh dengan kata-kata yang tidak dapat dimengerti.
“Petugas kemudian meminta IW untuk turun, dan setelah beberapa saat, IW akhirnya mau turun dan kembali duduk di pos penjagaan,” tambahnya.
Maman menjelaskan bahwa anggota Polsek Haurgeulis mengenali IW dan segera menghubungi keluarga serta pihak Dinas Sosial (Dinsos) Indramayu untuk penanganan lebih lanjut.
"Keluarga IW datang dan menyadari kelalaian mereka dalam mengawasi. Mereka pun meminta maaf atas perbuatan IW, dan akhirnya IW dibawa pulang oleh pihak keluarga dengan pendampingan dari Dinsos," ungkapnya.
Baca juga: Patung Penyu Rusak Ternyata Berbahan Kardus, Diduga Telan Rp15 M, Rekanan Proyek Membantah
Pembelajaran Bagi Warga
Peristiwa ini menjadi pelajaran bagi masyarakat mengenai pentingnya pengawasan terhadap individu dengan gangguan jiwa.
"Kami berharap kejadian ini bisa meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga orang-orang dengan gangguan jiwa agar kejadian serupa tidak terulang lagi," tutup Kapolsek Haurgeulis.
Penanganan ODGJ: Tantangan, Solusi, dan Peran Masyarakat dalam Menghadapi Gangguan Jiwa
Gangguan Jiwa atau ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) menjadi salah satu isu kesehatan mental yang masih sering dipandang sebelah mata dalam masyarakat Indonesia. Fenomena ini bukan hanya melibatkan pasien secara individu, tetapi juga berimbas pada keluarga, masyarakat, dan negara.
Penanganan ODGJ membutuhkan pendekatan yang hati-hati, cermat, dan penuh empati. Dalam tulisan ini, kita akan membahas tantangan dalam penanganan ODGJ, serta langkah-langkah dan peran masyarakat untuk menghadapinya.
Apa Itu ODGJ?
Orang dengan Gangguan Jiwa adalah individu yang mengalami gangguan mental yang dapat memengaruhi cara berpikir, perasaan, dan perilaku mereka.
Gangguan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor genetika, lingkungan, stres, dan trauma psikologis.
Ada berbagai jenis gangguan jiwa, mulai dari gangguan mood (seperti depresi dan bipolar), gangguan kecemasan, gangguan psikotik (seperti skizofrenia), hingga gangguan perilaku lainnya.
ODGJ tidak hanya terbatas pada individu yang terlihat “gila” atau melakukan tindakan yang meresahkan.
Banyak penderita ODGJ yang menjalani hidup seperti biasa, hanya mengalami gangguan dalam kondisi-kondisi tertentu.
Oleh karena itu, penanganan dan pengawasan yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kekerasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Tantangan dalam Penanganan ODGJ
Penanganan ODGJ tidaklah mudah. Beberapa tantangan yang sering dihadapi antara lain:
Stigma Sosial
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan ODGJ adalah stigma sosial yang melekat pada mereka.
Banyak orang yang menganggap ODGJ sebagai individu yang tidak dapat dipulihkan atau bahkan berbahaya. Stigma ini menyebabkan penderita ODGJ cenderung dijauhi, tidak mendapat dukungan sosial, dan bahkan diperlakukan secara tidak manusiawi.
Kurangnya Kesadaran Kesehatan Mental
Di banyak daerah, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental masih sangat rendah. Banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa anggota keluarga mereka membutuhkan penanganan profesional. Beberapa dari mereka bahkan enggan untuk membawa ODGJ ke tenaga medis karena takut atau malu.
Akses ke Layanan Kesehatan Mental
Layanan kesehatan mental, seperti rumah sakit jiwa dan psikolog, tidak selalu mudah diakses, terutama di daerah terpencil. Kurangnya fasilitas kesehatan mental dan tenaga profesional di bidang ini seringkali membuat penanganan ODGJ terlambat atau bahkan tidak ada sama sekali.
Kesulitan Dalam Menjaga Keamanan
Dalam beberapa kasus, ODGJ dapat melakukan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. Sebagai contoh, tindakan merusak barang atau berkelahi dengan orang lain dapat terjadi jika penderita merasa terancam atau tidak mengontrol emosinya.
Penanganan yang tidak tepat dapat memperburuk kondisi dan menambah beban psikologis mereka.
Pendekatan yang Tidak Tepat
Banyak orang yang belum mengetahui bagaimana cara berinteraksi atau membantu ODGJ dengan cara yang benar. Tidak jarang, upaya untuk membantu justru berakhir dengan konfrontasi atau kekerasan, bukannya memberikan dukungan yang diperlukan.
Solusi untuk Penanganan ODGJ
Untuk menghadapi tantangan tersebut, beberapa langkah dan solusi dapat diterapkan:
Peningkatan Edukasi Kesehatan Mental
Masyarakat perlu diberi pemahaman lebih tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan cara menangani ODGJ dengan tepat. Pemerintah dan lembaga kesehatan mental perlu aktif mengadakan seminar, workshop, atau kampanye untuk mengedukasi masyarakat tentang gejala, penyebab, dan penanganan ODGJ.
Aksesibilitas Layanan Kesehatan Mental
Pemerintah perlu memperbaiki akses ke layanan kesehatan mental, baik di fasilitas kesehatan umum maupun rumah sakit khusus jiwa. Selain itu, pelatihan bagi tenaga medis di bidang kesehatan mental juga sangat penting agar mereka dapat menangani ODGJ dengan pendekatan yang humanis.
Pendekatan Keluarga dan Dukungan Sosial
Keluarga memiliki peran penting dalam penanganan ODGJ. Dengan memberikan dukungan emosional dan fisik, keluarga bisa menjadi garis pertahanan pertama dalam mengatasi gangguan jiwa yang dialami anggota keluarganya. Dukungan sosial juga berperan penting, di mana komunitas bisa menciptakan lingkungan yang menerima, mendukung, dan tidak mendiskriminasi ODGJ.
Penyuluhan tentang Kesehatan Mental di Sekolah dan Tempat Kerja
Penyuluhan mengenai kesehatan mental juga perlu diperkenalkan di sekolah dan tempat kerja. Ini penting untuk menumbuhkan pemahaman sejak dini, agar anak-anak dan remaja tidak tumbuh dengan stigma negatif terhadap ODGJ. Di tempat kerja, penyuluhan juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental.
Penerapan Sistem Keamanan dan Pemantauan
Untuk ODGJ yang cenderung bertindak agresif, penting untuk menerapkan sistem
pemantauan dan keamanan. Di rumah sakit jiwa atau fasilitas kesehatan mental lainnya, penerapan prosedur keamanan yang baik dan sistem pemantauan yang intensif dapat mencegah ODGJ melakukan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
Pelibatan Pihak Berwenang
Pihak kepolisian dan petugas sosial juga memiliki peran penting dalam penanganan ODGJ. Dalam kasus yang lebih ekstrem, seperti yang terjadi dalam kasus ODGJ yang merusak fasilitas umum atau menyebabkan kerusuhan, petugas yang terlatih dapat membantu untuk mengendalikan situasi dan memastikan bahwa ODGJ mendapatkan perawatan yang layak.
Peran Masyarakat dalam Penanganan ODGJ
Masyarakat memegang peran penting dalam proses penanganan ODGJ. Tidak hanya tenaga medis, keluarga, dan pemerintah yang bertanggung jawab, tetapi seluruh elemen masyarakat harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung ODGJ. Beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat adalah:
Menerima dan Tidak Mendiskriminasi
Salah satu cara yang paling efektif untuk membantu ODGJ adalah dengan menerima mereka tanpa diskriminasi. Memberikan dukungan moral dan sosial akan sangat membantu dalam proses pemulihan mereka.
Mengedukasi Diri Sendiri
Masyarakat perlu belajar lebih banyak tentang gangguan jiwa dan cara berinteraksi dengan ODGJ. Pemahaman yang baik akan mengurangi stigma negatif yang seringkali muncul dan dapat membantu menciptakan suasana yang lebih suportif.
Menyediakan Akses Informasi
Informasi mengenai layanan kesehatan mental harus mudah diakses oleh masyarakat. Setiap orang harus tahu ke mana harus pergi dan siapa yang harus dihubungi jika mereka atau seseorang yang mereka kenal mengalami gangguan jiwa.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul TERUNGKAP Siapa Perempuan yang Naiki Macan Lodaya di Mapolsek Haurgeulis Indramayu, Videonya Viral,
Sumber: Tribun Jabar
Presiden KSPSI Andi Gani Akan Perjuangkan Hak Ratusan Buruh yang Kena PHK di Jawa Barat |
![]() |
---|
Alasan Dapur MBG di Bandung Disegel Warga, Sehari Produksi 3.000 Porsi, Polisi Lakukan Mediasi |
![]() |
---|
Pelajar SMA Keluhkan Menu MBG di Sukabumi Bau: Nasi Berlendir |
![]() |
---|
Cuaca Kota Bogor Hari Ini, 18 September 2025, Diprediksi Hujan Ringan Siang hingga Malam |
![]() |
---|
Lowongan Kerja Tenaga Pendamping Koperasi Provinsi Jawa Barat, Terbuka bagi Lulusan S1 Semua Jurusan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.