Jumat, 3 Oktober 2025

Nyawa Nelayan Batam Hampir Melayang Diintimidasi Kapal Patroli Singapura Saat Melaut di Pulau Nipah

Neyalan Batam hampir mati karena kapal patroli Polisi Maritim Singapura mengintimidasi mereka saat sedang memancing.

Editor: Hasanudin Aco
Foto via Tribun Batam
Kapal Patroli Maritim Singapura menghantui kapal nelayan dengan bermanuver di laut. /Foto: TangkapanLayar 

"Dulu kita mancing dengan tenang, tidak pernah diusir oleh pihak Singapura. Daerah itu memang sudah menjadi tempat kami mencari nafkah sejak dulu, dari zaman nenek moyang hingga menggunakan mesin modern," kata Efendi.

Namun, situasi berubah setelah adanya timbunan yang mempersempit wilayah perairan tersebut, yang kini dianggap sebagai wilayah teritorial Singapura

"Disana ada Pulau Tunas, Air Merbabu, pulau Pesek dan lainnya yang mereka klaim milik mereka," jelas dia. 

Ia menjelaskan, kejadian memanas pada tanggal 24 Desember 2024, ketika Efendi dan rekannya, termasuk Mahathir yang berusia 18 tahun, diterjang oleh aparat Singapura saat mereka sedang memancing.

 "Mereka memutar perahu kami dengan keras, hingga satu orang jatuh ke laut. Mahathir terjatuh, tapi dia berhasil naik lagi, hanya untuk diputar sekali lagi. Kami hampir karam," bebernya. 

"Kami tetap diusir, meskipun tidak ada insiden yang sama seperti tanggal 24. Tapi kami harus keluar demi keselamatan," jelas dia. 

Mahathir yang saat itu didampingi Efendi tak dapat berkata-kata. Ia hanya bisa terdiam, wajahnya masih trauma atas kejadian yang dialami. Terlempar ke lait, lalu berupaya naik kapal namun dihempas ombak kapal patroli kembali. 

"Untuk saya tak kena kipas mesin, kalau tak bise mati saya. Putus tangan kena kipas, untuk abang saya cepat bantu," tuturnya.

Meski telah mengalami insiden tak sedap, Mahathir mengaku akan tetap datang memancing kelokasi itu. 

"Tak takut saya, dari masig kecil saya sudah mancing dibawak bapak kesitu. Tak pernah ada masalah, sekarang jadi masalah. Laut nenek moyang kami itu," ketusnya kesal. 

Disamping itu, Efendi pun berharap ada tindakan dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Pihaknya meminta pemerintaj turun langsung dan memastikan daerah teritorial agar nelayan tradisional nyaman dalam melaut. 

 "Kami meminta pemerintah untuk melihat masalah ini dengan serius. Kami tahu batas wilayah mereka, dan jika kami salah masuk, kami siap untuk keluar. Tapi kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi," ujar Efendi.

Seperti diketahui Kota Batam berbatasan dengan negara Singapura.

Negara yang luasnya seukuran Jakarta itu kerap mengintimidasi para nelayan Indonesia, meski para nelayan masih mencari ikan di wilayah peraian Indonesia.

Himpunan Nelayan Mengecam Tindakan Singapura

Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Riau, Distrawandi, mengecam keras aksi intimidasi yang dilakukan oleh Marine Police Singapura terhadap nelayan tradisional Belakang Padang. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved