Semangat Bidan Dini, Atasi Masalah Kesehatan Ibu-Anak di Desa Terpencil, Pendekatan jadi Kunci
Tujuh tahun menjadi bidan di sebuah desa terpencil di NTT, Theresia Dwiaudina sukses mengatasi masalah kesehatan ibu-anak, termasuk stunting.
Penulis:
Sri Juliati
Editor:
Tiara Shelavie
Masalah lain, banyak anak di Desa Uzuzozo yang mengalami stunting atau tengkes. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang.
Stunting bisa memberikan berbagai dampak negatif untuk kesehatan dan pertumbuhan anak.
Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya pelayanan kesehatan dasar seperti imunisasi, kegiatan Posyandu, pemberian obat cacing, hingga pembagian vitamin A bagi anak-anak.
"Yang remaja juga tidak mendapatkan tablet tambah darah," ujar Dini.
Pendekatan jadi Kunci

Setelah mengetahui sejumlah masalah tersebut, 'petualangan' Dini sebagai satu-satunya tenaga kesehatan di Desa Uzuzozo pun dimulai.
Dengan sepeda motor dan peralatan medis miliknya sendiri, perempuan kelahiran 24 Maret 1996 itu menyusuri jalanan setapak yang menghubungkan antara dusun dan anak kampung Uzuzozo.
Seringkali, ia harus membelah sungai karena tidak adanya jembatan atau kondisi jembatan yang rusak. Belum lagi saat debit air sungai naik, ia terpaksa meninggalkan motornya lalu berjalan kaki, menyeberangi sungai.
Dini mengetuk satu pintu ke pintu warga lainnya, memeriksa kesehatan, terutama ibu hamil serta bayi yang baru lahir, sekaligus memberikan edukasi seputar kesehatan ibu-anak, pentingnya imunisasi hingga cara pemberian makan yang baik bagi anak.
Di awal, kehadiran Dini rupanya mendapat penolakan. Bahkan keberadaan Dini sempat dianggap sebagai ancaman bagi beberapa orang seperti dukun bayi.
"Apalagi saya pertama kali berkarya dan mereka pertama kali menerima tenaga kesehatan, bingung mungkin, kayak 'anak ini buat apa di sini'? Apalagi waktu itu, saya hitungannya masih gadis, masih sekira 22 tahun. Beberapa mungkin jadi ancaman misalnya untuk mama dukun yang takut kehilangan lapangan pekerjaan karena dirasa pekerjaan mereka akan direbut," kisah Dini.
Belum lagi, ia juga harus melawan mitos dan kepercayaan yang selama ini telah berkembang luas serta diyakini masyarakat.
Namun, Dini tak menyerah. Ia tetap mendatangi rumah-rumah masyarakat, terus memberikan edukasi.
Bahkan jika perlu Dini menyusul ke ladang, kebun, mencuri-curi waktu luang warga dan membujuk mereka agar mau memeriksakan kesehatan.
Ia pun aktif di kegiatan gereja dan sekolah dengan menyisipkan edukasi-edukasi seputar kesehatan. Dini juga menggalakkan kegiatan posyandu dengan menumpang di teras rumah warga.
Hasilnya, kehadirannya perlahan mulai diterima seiring dengan sejumlah pendekatan yang dilakukan. Kehadirannya tak lagi dipandang sebelah mata.
Sumber: TribunSolo.com
Update Sepekan Banjir Bandang di Bali & Nagekeo NTT: 23 Korban Tewas, 8 Lainnya Belum Ditemukan |
![]() |
---|
Polri Kirim Genset dan Obat ke Mauponggo, Bantu Warga yang Kehilangan Rumah |
![]() |
---|
AHM Siapkan Kejutan di IMOS 2025, Sinyal Motor Listrik Baru? |
![]() |
---|
Sosok Ermelinda Co'o, Korban Banjir di Nagekeo NTT yang Meninggal Setelah 5 Hari Dirawat |
![]() |
---|
Sebelum Ditemukan Tewas di Indekos Ciracas, Mahasiswi Asal NTT Sempat Bertengkar dengan Kekasih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.