Sabtu, 4 Oktober 2025

Sri Sultan HB X Ungkap Penyebab Harga Tanah di DIY Melambung Tinggi, Warga Lokal Sulit Miliki Rumah

Sri Sultan Hamengku Buwono X ungkap penyebab harga tanah di Yogyakarta melambung tinggi. Salah satu penyebabnya orang luar kota yang tidak menawar.

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Suci BangunDS
Tribunnews.com/Bayu Indra Permana
Sri Sultan Hamengku Buwono X ditemui usia menyaksikan film Losmen Bu Broto di Empire XXI, Jogyakarta, Sabtu (13/11/2021). Sri Sultan Hamengku Buwono X ungkap penyebab harga tanah di Yogyakarta melambung tinggi. 

TRIBUNNEWS.COM - Warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kesulitan memiliki rumah karena harga tanah yang terus naik tinggi.

Tanah di Yogyakarta tidak hanya diperebutkan warga setempat, namun juga warga luar kota yang ingin memiliki hunian di Kota Pelajar.

Menanggapi hal ini, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menungkapkan penyebab harga tanah di Yogyakarta yang melambung tinggi.

Menurutnya para pembeli tanah dari luar kota tidak menawar harga ketika proses pembelian.

Baca juga: Profil GKR Hemas, Bakal Calon DPD RI Dapil DIY di Pemilu 2024, Istri Sri Sultan Hamengkubuwana X

"Lha wong temen-temen Jakarta kalau beli tanah juga ora ngenyang e (orang Jakarta kalau beli tanah tidak ditawar), ya gimana."

"Ya, makin tinggi, orang luar Jogja bisa beli, orang Jogjanya gak punya rumah," jelasnya, Kamis (6/4/2023), dikutip dari TribunJogja.com.

Ia mengatakan, sejumlah cara akan dilakukan agar warga Yogyakarta dapat memiliki rumah.

Salah satu program yang direncanakan, yakni pembangunan tempat hunian di Tanah Kasultanan atau Sultan Ground (SG).

Hunian tersebut, akan disewakan kepada masyarakat dengan biaya sewa yang cukup murah.

"Sedang kita upayakan. Ya tapi apakah bisa. Satu tempat untuk orang yang misalnya satu kamar itu ditinggalin bisa orang tiga."

"Kalau sebulan Rp 300 ribu atau 400 ribu dibagi tiga pemukiman apakah visible," bebernya.

Sri Sultan Hamengku Buwono X juga meminta warga yang rumahnya terdampak proyek jalan tol dapat menggunakan Uang Ganti Rugi (UGR) sebaik mungkin.

Baca juga: Kurangi Kemacetan Arus Mudik, Pemerintah akan Operasikan Tol Solo-Yogyakarta

Uang tersebut, dapat digunakan untuk membeli rumah baru dan menjadi sumber penghidupan bagi warga yang terdampak proyek jalan tol.

"Mestinya harapan saya bagi mereka yang kena tol atau pembebasan yang lain yang mendapatkan uang besar itu harapan saya seperti itu bisa maintance untuk kehidupannya lebih baik dari sebelumnya," tandasnya.

Cerita Warga Terdampak Proyek Tol Solo-Jogja

Salah satu warga yang menerima UGR pembangunan jalan Tol, Gimin (75), mengaku mendapat uang Rp 2,8 miliar setelah sawahnya seluas 1.049 meter persegi dibeli pemerintah.

Sawah Gimin di Padukuhan Gombang, Tirtoadi, Sleman akan dijadikan jalan tol yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).

Ia mengatakan, uang tersebut akan digunakan untuk membeli sawah lagi di wilayah Minggir, Sleman.

"Uangnya akan dikembalikan ke tanah dulu karena ini wasiat dari orangtua," terangnya.

Gimin lebih memilih membeli tanah di wilayah Minggir karena harga tanah di Tirtoadi sudah sangat mahal.

"Harapannya itu, bisa membeli tanah lebih luas. Lokasinya Minggir karena kalau (membeli) lokasi di daerah Tirtoadi sudah mahal semua."

"Mudah-mudahan, cukup untuk mengembalikan tanah dengan luasan sama," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Mohay) (TribunJogja.com/Ahmad Syarifuddin/Yuwantoro Winduajie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved