Minggu, 5 Oktober 2025

Soal Banjir yang Melanda Kota Solo, Ini Penyebab hingga Saran Ahli dari UNS

Berikut ini tanggapan ahli dari Universitas Sebelas Maret tentang banjir yang melanda Kota Solo

TribunSolo.com/Adi Surya
Kawasan Pucangsawit RT 1 RW 7, Kecamatan Jebres, Kota Solo banjir dengan ketinggian air paling tinggi di kisaran 1 meter, Kamis (16/2/2023). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Jawa Tengah, mencatat jumlah wilayah di Kota Solo yang terendam banjir hingga saat ini sebanyak 16 keluarahan. 

"Kita cek di seluruh wilayah saat itu hampir semua hujannya merata deras. Ini yang menjadi pemicu. Tidak hanya dari sungai. Luapan sungai karena tidak mampu menahan debit air," jelasnya.

Kawasan Pucangsawit RT 1 RW 7, Kecamatan Jebres, Kota Solo banjir dengan ketinggian air paling tinggi di kisaran 1 meter, Kamis (16/2/2023). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Jawa Tengah, mencatat jumlah wilayah di Kota Solo yang terendam banjir hingga saat ini sebanyak 16 keluarahan.
Kawasan Pucangsawit RT 1 RW 7, Kecamatan Jebres, Kota Solo banjir dengan ketinggian air paling tinggi di kisaran 1 meter, Kamis (16/2/2023). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Jawa Tengah, mencatat jumlah wilayah di Kota Solo yang terendam banjir hingga saat ini sebanyak 16 keluarahan. (TribunSolo.com/Adi Surya)

Baca juga: 16 Kelurahan di Kota Solo Terendam Banjir, Gibran Komplain ke BBWSBS

Kata Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota FT UNS

Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS), Winny Astuti mengatakan, bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir adalah makin sedikitnya resapan air di Kota Solo.

Hal tersebut terkait dengan pembangunan yang intens tanpa adanya ketersediaan lahan resapan air.

TribunSolo.com mengabarkan, banjir di solo tak bisa dihilangkan sepenuhnya, namun masih bisa dikurangi resikonya.

"Kalau menghilangkan banjir sama sekali agak susah, karena kita sudah terlanjur menjadi kota besar, kalau harus direncanakan ulang tidak mungkin juga, cara mengurangi resiko dengan menambah lahan resapan air," ujarnya

Salah satu contoh penambahan lahan resapan air adalah dengan menambah ruang terbuka hijau, berupa dibangunnya sumur resapan di wilayah perkampungan.

Selain itu, penambahan taman kota juga bisa menjadi lahan resapan air.

"Jadi kadang-kadang orang itu mengira kalau kota sudah sangat besar, sudah tidak ada lagi lahan untuk ruang terbuka hijau, masih ada cara lain yang bisa diterapkan," terangnya.

Baca juga: Banjir Rendam Kota Solo, Warga: Ini Kayak Tahun 2007 Dulu

Ia juga menyarankan kepada Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka untuk menambah resapan dengan melakukan peremajaan pemukiman kumuh.

Peremajaan tersebut seperti membangun rumah susun.

Dengan dibangunnya rumah susun, maka akan menyisakan lahan yang banyak untuk ruang hijau.

"Ada mekanisme konsolidasi lahan, itukan ada peraturan tentang peremajaan kota, tapi ada persyaratan tertentu dan tidak sembarang,"

"Misal satu kawasan kumuh terdiri dari 100 KK, kemudian dibangun rusun di tempat yang sama, yaitu 100 KK itu yang menjadi prioritas pertama untuk menempati rusun, dengan pembangunan tanpa menggusur," tambahnya.

Winny menambahkan, melakukan peremajaan memang membutuhkan perencanaan yang baik.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved