Semangat Mitra Gojek, Berawal dari Pekerjaan Sampingan, Kini Jadi Penopang Ekonomi Keluarga
Inilah kisah dan semangat para mitra Gojek yang semula menjadikan driver Gojek sebagai pekerjaan sampingan, kini menjadi penopang ekonomi keluarga.
"Jadi mitra yang dianggap militan oleh Gojek itu ya angkatan 2013, 2014, dan 2015. Aku salah satunya," ungkap Friono.
Lantaran masih menjadi pekerjaan sampingan, area mencari orderan Friono masih terbatas wilayah Sunter dan Senayan, yang merupakan rute indekos dan kantornya.
Di awal menjadi driver, pria 37 tahun itu pernah berselisih dengan tukang ojek konvensional saat menunggu orderan di area parkiran Jakarta Convention Center (JCC), kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.
"Tapi saya ngalah saja, daripada ribut-ribut," kata dia.
Pada 2019, Friono memutuskan memboyong keluarga kecilnya pulang ke kampung halaman di Klaten.
Sejak saat itulah, ia menjadikan driver Gojek sebagai pekerjaan utama hingga sekarang.
Suka duka dirasakan Friono selama menjadi mitra Gojek.
Mulai dari mengenal banyak orang baru, seperti orang biasa, karyawan kantor, hingga selebritas.
Ia juga pernah mendapat tip dengan jumlah tak terkira dari pelanggan.
Jam kerja yang fleksibel dan punya banyak teman sesama driver juga menjadi alasan Friono mempertahan pekerjaannya ini.
"Mulai on bid pukul 08.00 WIB, pulangnya kadang nggak tentu. Normalnya pukul 20.00 atau 21.00 WIB sudah di rumah, kalau pas sepi ya bisa sampai jam 23.00-an," kata dia.
Saat ini, Friono fokus mengejar target pendapatan di angka Rp 200 ribu atau sekira 20 trip.
Ia mengaku tak ambil pusing dengan poin dan insentif yang didapat.
Apalagi sejak pihak aplikator membagi skema level driver berdasarkan jumlah trip dan poin, mulai dari basic, silver, gold, dan platinum.
Friono mengaku hasil yang didapat selama menjai driver Gojek cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.