Nasib Warga Kampung Miliarder di Tuban, Dulu Raup Rp40 Juta saat Panen, Kini Tak Ada Penghasilan
nasib warga Desa Sumurgeneng dan sekitarnya di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur yang sempat mendapat julukan sebagai kampung miliarder.
Pertama sembilan bulan, lalu berhenti, kemudian dilanjutkan lagi kontrak delapan bulan.
Setelah kontrak berakhir, ia pun kembali menganggur.
Kondisi ini tentu membuatnya resah.
Karena hidup Warsono tidak lagi seperti dulu yang setiap hari bisa bertani.
Kini ia akan kembali masuk untuk kontrak land clearing sekitar enam bulan ke depan.
"Enak bertani yang setiap hari ada."
"Kalau land clearing ini habis kontrak bingung."
"Mulai besok mau kerja lagi di land clearing," pungkasnya.
Baca juga: Gara-gara Pemiliknya Belum Bisa Nyetir, Belasan Mobil Mewah di Kampung Miliarder Tuban Rusak
Adapun aksi untuk rasa dilakukan oleh warga dari enam desa yaitu Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu.
Para pengunjuk rasa membawa lima tuntutan saat aksi yang ditujukan pada perusahaan patungan Pertamina dan Rosneft asal Rusia.
Korlap aksi, Suwarno mengatakan, ada lima tuntutan dari masyarakat ring perusahaan.
Pertama, memprioritaskan warga terdampak terkait rekruitmen security (keamanan, red).
Kedua, semua vendor yang ada di pertamina di dalam rekruitmen tenaga kerja harus berkoordinasi dengan desa.
Ketiga, sesuai dengan janji dan tujuan pembangunan, pertamina harus memberi kesempatan dan edukasi terhadap warga terdampak.
Keempat, jika pertamina bisa mempekerjakan pensiunan yang notabennya usia lanjut, mengapa warga terdampak yang harusnya diberdayakan malah dipersulit untuk bekerja dengan dalih pembatasan usia.
Kelima, keluarkan vendor maupun oknum di lingkup project pertamina yang tidak pro terhadap warga terdampak.
"Aksi ini adalah buntut dari ketidak terbukaan pertamina terhadap desa di ring perusahaan, kita mendesak tuntutan direalisasikan," ujarnya kepada wartawan.
(Tribunnews.com/Daryono) (TribunJatim/Alga)