Minggu, 5 Oktober 2025

Beda Versi Warga dan Polisi terkait Kronologis Bentrok di Tamilouw Maluku yang Melukai Puluhan Orang

Bentrokan terjadi saat polisi hendak menahan belasan warga Desa Tamilouw yang terlibat perusakan tanaman warga Desa Sepa.

Editor: Dewi Agustina
Kompas.com/Rahmat Rahman Patty
Empat mobil milik Polres Maluku Tengah rusak saat bentrokan antara polisi dan warga Desa Tamilow, Kecamatan Amahai pecah di desa tersebut, Selasa pagi (7/12/2021). 

Bentrok berawal ketika tim dari Polres Maluku Tengah yang dipimpin langsung Kapolres AKBP Rosita Umasugi berniat menangkap 11 terduga pelaku pembakaran kantor desa.

Kabid Humas Polda Maluku menyebut, polisi terpaksa mengambil tindakan tegas dengan menangkap para terduga pelaku karena upaya persuasif yang ditempuh mengalami jalan buntu.

"Polisi sudah lakukan pendekatan persuasif, pendekatan ke masyarakat dan keluarga. Namun karena tidak diserahkan sehingga (pelaku) diambil pagi tadi, tapi setelah tim masuk terjadi pengadangan oleh masyarakat," kata Kabid Humas Polda Maluku Tengah Kombes Pol Muhammad Roem Ohoirat, Selasa.

Polisi terpaksa menembakkan gas air mata ke arah warga.

Namun warga terus berupaya melawan hingga akhirnya polisi menembakkan peluru karet untuk membubarkan warga.

Akibatnya, sejumlah warga pun terluka.

"Saya tidak tahu persis berapa orang, tapi tadi ada tokoh masyarakat Tamilow yang melapor ke Wakapolda ada 15 orang," ucapnya.

Sementara tiga warga yang terluka dievakuasi ke RSUD Masohi melalui jalur laut untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Roem menyebut polisi sudah berhasil menangkap 5 dari 11 terduga pelaku perusakan tanaman dan pembakaran kantor desa tersebut.

Baca juga: Mahasiswa Papua dan Organisasi Patriot Bentrok di Denpasar: Terpancing Karena Orasi

Dibantah Warga

Sementara, masyarakat Tamilouw membantah kronologis bentrok polisi dan warga yang dikemukakan Roem.

Sesepuh tokoh negeri Tamilouw, Habiba Pellu mengatakan, masyarakat setempat dihadapkan dengan mobil 6 truk, mobil water cannon, dan ditambah dengan sejumlah personil kepolisian dengan bersenjata lengkap.

Hal itu membuat masyarakat setempat menjadi panik.

"Yang berhadapan pertama para ibu-ibu, karena kondisi pagi para ibu ke pantai membuang sampah, lalu anak-anak berteriak karena ketakutan. Tiba-tiba diserobot seperti demikian, seperti mau menangkap PKI atau teroris, itu adalah psikolog kemanusiaan yang terjadi," kata Habiba Pellu.

Mantan Anggota DPRD Maluku itu menambahkan, kondisi insidentil yang terjadi ada adu mulut dan adu fisik, bahkan ada penghancuran mobil polisi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved