Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Ralat Status Zona Kota Solo, Wali Kota Rudy: Bukan Zona Hitam, tapi Oranye Agak Kemerah-merahan

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membantah, Solo disebut zona hitam. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo meralat status zona kasus Covid-19 kota Solo

Editor: Sri Juliati
KOMPAS.com/LABIB ZAMANI
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo memakai masker berkumis sehingga terlihat seperti aslinya. Rudy memakai makser berkumis sehingga seperti aslinya setelah banyak warga yang mengajak dirinya foto bersama dan meminta melepas maskernya. 

TRIBUNNEWS.COM - Status Kota Solo yang disebut zona hitam kasus Covid-19 menuai banyak sorotan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membantah, Solo disebut zona hitam.

Hal ini membuat Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo meralat status zona kasus Covid-19 kota Solo.

"Solo bukan zona hitam, zonanya oranye agak kemerah-merahan," kata Rudy, Selasa (14/7/2020).

Baca: Ganjar Geram Solo Disebut Zona Hitam, Wali Kota Solo Beri Klarifikasi: Oranye Kemerah-merahan

Baca: Ganjar Pranowo Tak Terima Kota Solo Disebut Zona Hitam Covid-19, Akui Heran: Yang Hitam Itu Bajumu!

Meski begitu, Rudy meminta masyarakat tetap waspada dan tertib menerapkan protokoler kesehatan Covid-19.

"Masyarakat wajib hukumnya waspada," ujarnya.

Rudy menjelaskan, pengetatan protokoler kesehatan yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo merupakan bentuk kepedulian terhadap masyarakat.

"Bukan berarti Pemkot arogan, kita ini sayang dengan masyarakat," tandasnya.

Sebelumnya, ucapan Solo zona hitam berasal dari Ketua, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Gugus tugas memiliki alasan khusus perihal penyebutan tersebut.

Baca: Ganjar Geram Solo Disebut Zona Hitam, Wali Kota Solo: Agar Masyakarat Lebih Waspada

Baca: Solo Masuk Zona Hitam Covid-19, Wali Kota: Bolehlah, Biar Masyarakat Lebih Waspada

Lonjakan pada hari itu memang tidak wajar, sementara pemerintah kota menilai masih banyak masyarakat yang menyepelekan ancaman virus Covid-19.

Sebelumnya, pasien yang dirawat karena Covid-19 di Solo berjumlah 4 orang.

Namun angka tersebut melonjak lebih dari lima kali lipat, menjadi 22 orang yang harus dirawat.

Tambahan 18 orang itu, 15 di antaranya berasal dari klaster tenaga kesehatan (nakes) RSUD dr Moewardi yang merupakan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Paru Universitas Sebelas Maret (UNS).

Kemudian tiga orang lainnya adalah warga non-nakes.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved