Camat Serang Bantah Yuli Meninggal Akibat Kelaparan karena Tak Makan 2 Hari, Ini Pengakuannya
Camat Serang, TB Yasin membantah, seorang warganya bernama Yuli meninggal karena kelaparan setelah tidak makan selama dua hari.
TRIBUNNEWS.COM - Camat Serang, TB Yasin membantah, seorang warganya bernama Yuli meninggal karena kelaparan setelah tidak makan selama dua hari.
Yasin juga membantah jika Yuli disebut tak mendapat bantuan dari pemerintah.
Menurutnya, manusia bisa bertahan selama dua sampai tiga hari tanpa makan.
"Kalau dari dampak makan tidak mungkin, karena manusia bisa bertahan 2-3 hari."
"Seandainya Bu Yuli tidak makan 2-3 hari, kelihatannya lemas," ujar Yasin, dikutip dari YouTube Kompas TV, Selasa (21/4/2020).
Baca: Perut Terasa Lapar Padahal Habis Makan? Kenali 4 Penyebabnya Berikut
Baca: Keluh Kesah Perawat Gunakan APD, 8-10 Jam Tahan Lapar, Buang Air Kecil, dan Haus demi Pasien Corona
Baca: Nekat Jualan hingga Ribut dengan Satpol PP, PKL: Gimana Bisa Istirahat kalau Perut Anak Kami Lapar?
Ia mengatakan, jajaran Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Serang, sudah memberi sedikit bantuan kepada Yuli sebelumnya.
"Sedangkan hari Sabtu (18/4/2020) pun, jajaran Muspika sudah datang menengok, sudah memberikan bantuan ala kadarnya, dan itu sudah bisa dimasak," terangnya.

Yuli yang tinggal di kelurahan Lontar Baru, kota Serang, Banten, meninggal dunia pada Senin, (20/4/2020) pukul 14.30 WIB.
Berdasarkan keterangan suaminya, Kholid, Yuli diketahui banyak pikiran sebelum pingsan kemudian dibawa ke puskesmas.
Anak bungsu Yuli yang masih berusia 7 bulan, sebelumnya terus menangis, karena asi yang diberikan hambar.
Baca: Ingat Masa Susah Sebelum Dewa 19 Sukses, Andra Ramadhan Pernah Makan Gula Putih Saat Lapar
Baca: Bahas PSBB, Agus Pambagio Minta Negara Serius Urus Bansos: Ini Orang Lapar, Jangan Main-main
Baca: Menangis seusai Bagikan APD, Nikita Mirzani Terharu Lihat Tenaga Medis: Nahan Kencing, Lapar
Sebelum meninggal, Yuli mengaku belum makan selama dua hari bersama suami dan keempat anaknya.
Keluarganya harus meminum air galon, untuk menahan rasa lapar akibat tak ada pemasukan saat pandemi virus corona.
Yuli dan suami sehari-hari kerja serabutan mengangkut sampah, dengan gaji harian.
Setelah jadi sorotan publik, keluarga Yuli mendapat bantuan dari sejumlah relawan.
Diberitakan sebelumnya, Yuli mengaku, suaminya, memintanya untuk sabar dengan kondisi yang dialami sembari mengelus rambutnya.
"Dua hari, cuma diam aja, sampai saya sedih, abah (suami) nyuruh sabar, sambil dielus elus," ujar Yuli, dikutip dari YouTube Kompas TV, Minggu (19/4/2020).
Yuli mengaku, dirinya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, meski sempat mengajukan diri.
Baca: 4 Dampak Negatif Tidur dalam Kondisi Lapar, termasuk Picu Kelebihan Berat Badan
Baca: Kisah Kakek Penjual Ikan Bertahan Hidup di Ibu Kota, Hidup Sebatang Kara Sering Menahan Lapar
Baca: Suami Ogah Kerja dan Anak Tak Ada Kabar Jadi TKI, Nenek Ira Tahan Lapar Memulung Demi Cucu
Ia ditolak sebagai penerima bantuan, karena dianggap masih menerima gaji dari dinas.
"Belum ada (bantuan). Saya udah ngajuin, katanya kalau masih dapat gaji, enggak dikasih katanya," ungkapnya.
Yuli bekerja sebagai pegawai lepas yang dibayar sebesar Rp 25 ribu per harinya.
"Katanya karena kerjanya di dinas, kan ini bukan di dinas, tapi swasta, kerjanya per hari."
"Sekali masuk dibayar 25 ribu, kalau enggak masuk, enggak dikasih," jelasnya.
Pemerintah Sampaikan Belasungkawa
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang, Hari Pamungkas mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Yuli.
"Yang pertama kami turut berbelasungkawa. Ya, betul meninggal dunia dalam perjalanan menuju Puskesmas Sindangdaru," kata Hari, dikutip dari Kompas.com, Selasa (21/4/2020).
Ia mengungkapkan, pihak rumah sakit belum bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya Yuli.
Suami Yuli sempat mengatakan istrinya tak memiliki riwayat sakit apa pun.
"Dokter enggak berani menyimpulkan sakit apa, karena almarhumah meninggal dalam perjalanan dan di luar sepengetahuan dokter," jelasnya.
Baca: Di Rumah Saja Bikin Susah Tidur Kala Malam, Olahraga Pagi Bisa Jadi Solusi
Baca: Gus Nadir Kritik Rencana Buruh Gelar May Day saat Covid-19 : Hidup Jangan Dibikin Tambah Susah
Baca: Susah Tidur Selama di Rumah Saja Akibat Pandemi Virus Corona? Ini Penjelasannya
Menurut Hari, setelah pemberitaan mengenai keluarga Yuli yang kelaparan, pemerintah memberikan bantuan.
"Sebelumnya di berita ramai keluarga almarhumah nahan lapar sampai minum air galon, keluarga almarhumah itu sudah terdata penerima bantuan masyarakat terdampak Covid-19, Sabtu kemarin pihak pemkot sudah berikan bantuan itu," terangnya.
"Kami memiliki keterbatasan, kami butuh semua pihak, kami enggak bisa kerja sendiri, butuh semua elemen untuk bekerja sama saling support."
"Jangan lagi ada saling menyalahkan, sama-sama kita lagi ikhtiar menyelesaikan masalah pandemi ini," imbuh Hari Pamungkas.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Kompas.com/Kontributor Banten, Acep Nazmudin)