Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Viral Kata Jubir Corona Ada Penolakan Pasien di RS, Ini Tanggapan Ahli

Pernyataan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona atau Covid 19 Achmad Yurianto terkait penolakan pasien viral di media sosial.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto yang juga juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (6/3/2020). Dalam keterangan persnya Achmad Yurianto menyampaikan sebanyak empat orang dinyatakan suspect virus Corona karena telah melakukan kontak langsung dengan warga Depok yang positif sebelumnya dan mengalami gejala-gejala awal seperti Influenza yang kini tengah diobservasi dan menunggu hasil pasti dari pemeriksan laboratorium. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

"Misalkan pasien datang, kompetensi dokter ada, tapi kenyataan tidak ada ruangan yang menampung. Tetap nanti harus kita rujuk ke RS lainnya," ujarnya.

Untuk memudahkan pemahaman, Tonang memberikan permisalan.

"Kemampuan ruangan ini, RS itu mengatakan kami mempunyai 1000 tempat tidur, tidak berarti lantas tempat bisa dipenuhi"

"Karena dalam proses perawatan ada ketentuan-ketentuan khusus untuk penempatan pasien di dalam ruangan," katanya.

Tonang menjelaskan aturan pertama yang paling umum adalah pemisahan pasien laki-laki dengan perempuan dalam satu ruangan.

Kedua adalah tidak bercampurnya pasien bayi atau anak-anak dengan orang dewas.

Baca: Maruf: Pertemuan Skala Besar Rawan Penyebaran Virus Corona

Baca: Catat, Inilah 132 Rumah Sakit Rujukan Corona, di Aceh hingga Papua

"Kecuali untuk ibu melahirkan dengan bayinya itu persoalan khusus. Dewasa tidak bercampur dengan anak anak," jelasnya.

Kemudian aturan ketiga adalah memisahkan pasien yang memiliki penyakit infeksius atau menular dengan pasien lainnya.

Penyakit infeksius seperti disentri, demam tifoid dan penyakit menular lainnya.

"Dengan pasien yang tidak menular seperti sakit jantung, hipertensi , saraf itu kan tidak menularkan. Jadi tidak boleh di satukan"

"Ini maka di lapangan tidak mungkin memenuhi semua tempat tidur," ucap Tonang.

Menurutnya adanya penolakan pasien yang terjadi di lapangan disebabkan miskomunikasi antara pihak rumah sakit dan si pasien itu sendiri.

"Di lapangan salah komunikasi, RS tidak menjelaskan dengan terbuka dan jelas"

"Sebaliknya psikologis pasien kan terburuk-buru, sehingga terjadi salah tangkap informasi," tandasnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved