Kamis, 2 Oktober 2025

Pembobolan Kartu Kredit

Warga Jepang Jadi Sasaran Empuk Para Pembobol Kartu Kredit di Palembang

Warga negara Jepang jadi incaran paling empuk oleh para pelaku pembobol kartu kredit atau kasus illegal carding.

Editor: Dewi Agustina
ISTIMEWA
Ilustrasi kartu kredit. 

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Warga negara Jepang jadi incaran paling empuk oleh para pelaku pembobol kartu kredit atau kasus illegal carding.

Dari puluhan nomor kartu kredit yang didapat dari situs jual beli facebook, hacker Palembang paling sering berhasil menjebol kartu kredit tersebut, Sabtu (7/3/2020).

Para pelaku carding asal Palembang mengaku dalam situs jual beli nomor kartu kredit tersebut para pelaku bisa mengakses seluruh nomor kartu kredit warga negara asing.

Hanya saja warga asal Negeri Sakura lebih banyak yang berhasil, ketimbang orang luar negeri lainnya.

Alpin, salah seorang pelaku carding Palembang mengaku setiap membeli nomor kartu kredit mereka akan mendapatkan puluhan nomor warga negara asing. Mulai dari Asia, Eropa hingga Amerika.

Alberandi alias Randi (26), pelaku pembobolan mesin atm di 5 provinsi saat diamankan tim resmob Polda Sulsel di Makassar, Sabtu (29/2/2020).
Alberandi alias Randi (26), pelaku pembobolan mesin atm di 5 provinsi saat diamankan tim resmob Polda Sulsel di Makassar, Sabtu (29/2/2020). (Himawan/Kompas.com)

Namun, dari puluhan nomor yang didapat hanya sekitar 50 persen tingkat keberhasilannya. Dan warga negara Jepang menjadi sasaran empuk.

"Tingkat keberhasilan jebol kartu kredit ini 50 persen. Nah kalau dapat mangsa warga negara Jepang hampir selalu berhasil," katanya.

Ia menyebut, keberhasilan menjebol kartu kredit warga negara Jepang itu lantaran algoritma dari penelusuran para hacker terbilang tidak terlalu sulit.

Baca: Perubahan TKW Asal Blitar Setelah 8 Tahun Dinikahi Bule & Tinggal di Australia, Intip Potretnya

Baca: Penanganan Virus Corona, Istana Pastikan Protokol Kesehatan Berjalan Hingga Ke Daerah

Maka itu saat sedang meretas kartu kredit warga Jepang selalu sukses.

"Cukup mudah untuk meretas orang Jepang. Kalau orang Eropa tingkat keamanannya lebih sulit," ujar Alpin.

Wawan, pelaku lainnya yang mengaku hasil meretas kartu kredit tak hanya mereka gunakan untuk keperluan pribadi membeli tiket pesawat ataupun membooking hotel.

Jika hasil menjebol kartu kredit cukup banyak berhasil, mereka biasanya menjadikan hasil tindak kriminal sebagai bisnis dengan menjual tiket pesawat dan hotel dengan harga murah di bawah pasaran.

"Untuk pemasarannya ya melalui medsos instagram dan facebook. Kita tawarkan kepada pelanggan harga jauh dari pasaran," ungkap Wawan.

Modus operasional dalam kasus ini, para tersangka mencari pelanggan yang berminat memesan tiket maskapai atau kamar hotel.

Baca: Menanti Kapolda Perempuan Setelah Brigjen Rumiah

Baca: Pernyataan Kontras Asisten Ririn Ekawati Soal Negatif Narkoba, Sebut Sang Artis Konsumsi Pil H5

Lalu agar lebih meyakinkan, pelaku menyuruh pelanggan untuk mencari tahu dulu harga tiket resmi pada website di marketplace dengan dalih agar bisa menentukan diskon yang akan diberikan kepada pelanggan.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved