Sabtu, 4 Oktober 2025

Sudah 7 Bulan Petani Garam di Desa Purwakerti Karangasem Meliburkan Diri

Petani garam di Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali meliburkan diri selama tujuh bulan, mulai Desember 2019 hingga Juni 2020 mendatang.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Bali/Saiful Rohim
Lahan pertanian garam masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) di Banjar Lebah, Desa Purwakerti. Tak tampak ada aktivitas petani garam membuat garam. 

Petani garam MPIG mampu memproduksi sekitar 1.500 kilogram selama bekerja.

Meningkatnya produksi garam karena tingginya permintaan garam.

Terutama dari luar Bali, seperti Hotel dan Restaurant di Badung, Jakarta, Tangerang, serta Depok.

Pihaknya memprediksi, produksi garam Amed kemungkinan akan terus meningkat.

Mengingat garam Amed kembali dikenal, serta semakin gencar dipromosikan oleh warga dan wisatawan yang berkunjung ke Pantai Amed.

Baca: Mall Berstandar Internasional Akan Hadir di Nusa Penida

Baca: Wisatawan Asal India Tabrak Motor Terparkir, Kasusnya Berakhir Damai dengan Ganti Rugi Rp 2,5 Juta

Rasa garam Amed memiliki kekhasan dibanding yang lain.

Harga garam Amed masih tetap, belum ada peningkatan dan penurunan.

Harga garam per kilogram sekitar Rp 35.000, itu harga garam curah alias belum dikemas.

Kalau garam kemasan harganya berbeda yaitu satu bungkus isi 100 gram bisa capai Rp 25 -30 ribu, dan harganya tergantung dengan isi.

MPIG serta warga berharap, pemerintah daerah (Pemda) Karangasem juga terlibat dalam mempromosikan garam Amed.

Sehingga permintaan dan produksi garam Amed terus meningkat setiap bulannya.

"Pembuatan garam Amed adalah warisan leluhur sejak abad ke 15," tambah Suanda.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Petani Garam di Desa Purwakerti Istirahat Selama Tujuh Bulan, Ini Alasannya

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved