Minggu, 5 Oktober 2025

Kisah Wanita Tangguh di Pedalaman Long Suluy Berau: Jadi Nelayan Hingga Menambang Emas pun Dilakoni

Non Ce, wanita Dayak Punan, Kampung Long Suluy juga mengakui, tidak jarang dirinya turun menyelam mencari emas.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Kaltim/Geafry Necolsen
Non Ce menunjukkan butiran emas yang didapatnya dari Sungai Long Suluy, sebagian lagi dia beli dari penambang emas di kampungnya. Mayoritas wanita-wanita di kampung ini menjadi penyelam untuk mencari emas di dasar sungai. TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN 

"Ganti-gantian saja dengan suami," ujarnya.

Tapi kini Non Ce sudah mulai jarang menyelam di sungai. Ia memilih menjadi pengepul emas.

"Ya sesekali kalau tidak ada kerjaan turun ke sungai," katanya lagi.

Emas-emas yang dihasilkan tidak disimpan di tempat khusus seperti lemari apalagi brankas.

Non Ce Menunjukkan Butiran Emas Hasilnya Menambang_2
Non Ce menunjukkan butiran emas yang didapatnya dari Sungai Long Suluy. TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN

Biaya Transportasi Rp 5 Juta

Butiran emas itu disimpan di atas piring begitu saja.

Karena kampung ini memang sangat aman, belum pernah ada kejadian kasus kriminal seperti pencurian.

Emas-emas itu akan dibawa ke Tanjung Redeb, Kabupaten Berau untuk dijual, ketika mereka kehabisan bahan pangan.

"Kalau hasil panen tidak bagus, beras tinggal sedikit, baru dijual ke Tanjung," kata Non Ce.

Di kota, emas yang masih berbentuk butiran pasir atau batu sungai ini dijual Rp 450 ribu per gram.

Biasanya, emas baru akan dijual jika sudah mencapai 150 atau 200 gram.

Tidak setiap hari mereka menjual emas, karena untuk menuju Tanjung Redeb dan kembali pulang, minimal menghabiskan biaya Rp 5 juta untuk biaya transportasi saja.

Belum lagi tantangan alam yang harus dilalui.

3 Jam perjalanan menggunakan kapal ketinting, melawan arus dan jeram-jeram sungai.

Ditambah perjalanan darat selama 4 jam.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved