Kisah Magis Kori Batu di Pura, Tak Sembarang Orang Bisa Buka, Namun Bocah ini Justru Gampang
Asal-usul Banjar Kori Batu, di Desa Tojan tidak terlepas dari keberadaan pintu batu di Pura Penataran Pande.
Namun saat ini perajin bokor di Banjar Jelantik Kori Batu nyaris punah.
Saat ini hanya ada tersisa 5 kepala keluarga (KK) perajin bokor di Banjar Jelantik Kori Batu.
Itupun usianya sudah lanjut.
Generasi muda justru telah meninggalkan pekerjaan leluhurnya dan bekerja ke sektor lain.
“Dulu warga sebagai pembuat bokor mendominasi, tapi saat ini hanya lima orang yang tersisa. Generasi muda lebih memilih mencari rezeki lain, sekarang banyak yang memilih bekerja ke kapal pesiar,” kata seorang perajin bokor, Wayan Togig, Selasa (5/6/2018).
Kelian Banjar Jelantik Kori Batu, I Nyoman Mujana mengungkapkan, hingga saat ini kepala keluarga di Banjar Jelantik Kori Batu berjumlah 144 KK, atau sekitar 544 jiwa.
Menurutnya ada tradisi lain yang juga unik di Banjar Jelantik Kori Batu, yakni tradisi Ngarap Watangan atau istilahnya mengarak jenazah.
Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun menurun di Banjar Jelantik Kori Batu.
“Jika biasanya layon anyar (jenazah baru) akan diaben, biasanya didahului dengan tradisi ngawarap watangan ini,” kata Mujana.
Seperti pegabenan atau pemakaman di Bali pada umumnya, tradisi ini diawali dengan pembersihan jenazah (mebersih), lalu kemudian mayat dibungkus dengan kain kafan dan diikat dengan lante (serupa rantai yang terbuat dari mambu).
Ikatan lante ini pun dilakukan dua kali.
Ikatan pertama jumlahnya 47 dan yang kedua jumlahnya 53.
Ini bertujuan agar jenazah tetap terlindungi saat diarak ratusan warga.
Setelah itu, barulah jenazah naik tumpang salu dengan diupacarai pedanda.
“Jadi jenazah akan diarak warga ketika akan naik ke bade. Nanti ratusan warga, khususnya pemuda bak orang kesurupan mengarak jenazah itu di jalan raya. Jenazah diarak sampai krama puas,” jelasnya.