Lokalisasi SK Akan Ditutup, PSK: Tabungan Saya Belum Cukup
Hal itu mengundang respon dari para penjaja seks yang beroperasi di tempat praktik prostitusi terbesar di Kota Semarang.
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Pemkot Semarang akan menutup kawasan Resosialisasi Argorejo atau yang dikenal dengan sebutan lokalisasi Sunan Kuning (SK), pada 2018 ini.
Hal itu mengundang respon dari para penjaja seks yang beroperasi di tempat praktik prostitusi terbesar di Kota Semarang.
Di antaranya seorang pemandu karaoke juga pekerja seks komersial (PSK) yang mengaku bernama Marlia (32). Lia yang merupakan seorang pendatang, merasa resah dengan rencana penutupan SK.
"Tabungan saya belum cukup untuk modal usaha. Saya belum siap kalau harus pulang kampung dalam waktu dekat ini," kata janda beranak dua itu, Rabu (18/4/2018).
Baca: Setelah Bunuh Sang Mantan, Tukang Parkir Ini Buat Status di Facebook
Baca: Fakta-fakta 3 Pasutri Pesta Seks Swinger, Para Istri Ngumpet di Kamar Mandi
Sebenarnya, dirinya mendengar rencana penutupan SK sudah cukup lama. Karenanya, dirinya mengikuti berbagai program yang dilakukan pengelola kawasan SK untuk persiapan jika sudah tidak bekerja di situ lagi.
Satu di antaranya program menabung. Dari pendapatannya per hari, minimal ia tabung Rp 50 ribu sebagai bekal usaha ketika lokalisasi SK benar ditutup. Akan tetapi, Lia merasa tabungannya belum mencukupi untuk dijadikan modal.
"Saya rencananya mau buka warung makan. Kan modalnya tidak mungkin kecil. Lha sekarang belum cukup," ucapnya.
Ia berharap Pemkot Semarang menunda penutupan SK pada 2018 ini hingga dirinya dan teman-temannya sesama pekerja di lokalisasi SK sudah siap terjun ke tengah masyarakat. Setidaknya, hingga akhir 2019 sebagaimana program dari pengelola SK.
Rencana penutupan lokalisasi SK tersebut disampaikan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang, Tommy Y Said, di Balai Kota Semarang, Rabu (18/4).
Tommy mengatakan, akan menutup lokalisasi SK sesuai dengan instruksi Kementerian Sosial yang menginginkan semua kota bebas dari kegiatan prostitusi pada tahun 2019.
"Targetnya 2018 ini. Kalau tidak bisa, maksimal 2019 mendatang sudah kami tindak tegas dengan penutupan," katanya.
Terkait hal itu, Tomny mengaku sudah sering melakukan sosialisasi kepada pengelola dan penghuni yang merupakan para pekerja seks. Bahkan, pihaknya juga sudah berulang kali memberikan pelatihan keterampilan kepada mereka.
Tommy menambahkan, dari data yang dimilikinya, terdapat setidaknya 700 orang pekerja yang disebutnya warga binaan di tempat Resosialisasi Argorejo. Namun, jumlah itu tidak menutup kemungkinan bertambah karena banyak pendatang baru dari luar kota.
"Mereka sudah kami latih berbagai keterampilan seperti tata boga, kerajinan tangan, usaha lain dan mereka mengaku tidak ingin terus bekerja seperti itu. Jadi sebenarnya tidak ada masalah terkait penutupan itu," tambahnya.