Minggu, 5 Oktober 2025

Erupsi Gunung Agung

Mengapa 46 Ribuan Warga di Kawasan Rawan Bahaya Belum Mengungsi?

Meski Gunung Agung sudah mengalami erupsi terus menerus dan berstatus Awas (Level IV), masih ada puluhan ribu warga yang belum mengungsi.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara/Prima/Dwi S
Sejumlah balita tampak bermain bersama di atas kasur di Posko Pengungsian GOR Swecapura, Klungkung, Rabu (29/11/2017). Mereka harus kembali ke pengungsian setelah Gunung Agung mengalami erupsi. 

TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA - Meski Gunung Agung sudah mengalami erupsi terus menerus dan berstatus Awas (Level IV), masih ada puluhan ribu warga dari kawasan rawan bahaya (KRB) yang belum mengungsi.

Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) pun mengimbau warga segera mengungsi mengingat dampak berbahaya erupsi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan warga di 22 desa yang berada di Kawasan Rawan Bahaya (KRB) harus keluar dari radius berbahaya sejauh 8 hingga 10 kilometer dari kawah gunung.

Jumlah warga di 22 desa tersebut tercatat 90.000 sampai 100.000 jiwa.

Namun berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Provinsi Bali, jumlah pengungsi hingga Kamis (29/11/2017) pukul 18.00 Wita baru mencapai 43.358 jiwa yang tersebar di 229 titik pengungsian.

Baca: PVMBG: Sinar Api di Puncak Gunung Agung Pertanda Lava Sudah di Permukaan

"Mereka harus mengungsi karena mereka tinggal kawasan rawan bencana yang ancamannya adalah bahaya dari landaan awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu pijar, dan hujan abu lebat. Sangat berbahaya dan mematikan," ujar Sutopo melalui keterangan tertulisnya, Rabu (29/11/2017).

Seluruh pengungsi tersebar di 299 titik pengungsian, yakni di Kabupaten Buleleng (5.992 jiwa), Klungkung (7.790 jiwa), Karangasem (22.738 jiwa), Bangli (864 jiwa), Tabanan ( 657 jiwa), Kota Denpasar (1.488 jiwa), Gianyar (2.968 jiwa), Badung (549 jiwa), dan Jembrana (312 jiwa).

"Masyarakat dihimbau untuk mengungsi dengan tertib dan tenang. Pemerintah pasti akan memberikan bantuan di pengungsian sesuai dengan ketentuan yang ada," kata Sutopo.

Masih adanya sebagian masyarakat yang belum mau mengungsi disebabkan beberapa alasan.

Antara lain masih terbatasnya pemahaman masyarakat akan ancaman erupsi.

Ada juga alasan menjaga ternak, lahan pertanian, dan rumahnya.

Warga yang tinggal di zona bencana juga merasa aman sehingga tidak perlu melakukan pengungsian.

Sebagian masyarakat menganggap bahwa erupsi Gunung Agung adalah peristiwa spiritual sehingga mereka memasrahkan diri sepenuhnya pada kekuasaan Tuhan.

Baca: Pengacara Setya Novanto akan Diperiksa terkait Kepemilikan Senjata Api

"Banyak yang belum mengungsi karena ternak mereka belum dievakuasi. Atau mereka masih merasa aman. Sekarang personel terus melakukan penyisiran. Kalau perlu dievakuasi paksa," kata Sutopo.

Sementara dari total 14.000 ekor hewan ternak: sapi, babi dan kambing warga yang terdata, saat ini baru 5.400 ekor di antaranya yang telah dievakuasi.

Evakuasi dinilai sangat penting, mengingat Bali yang telah memasuki musim penghujan, membuat kemungkinan banjir lahar dingin, yaitu abu dan pasir hasil erupsi gunung yang hanyut dibawa hujan, semakin besar.

Selain masih banyak warga yang belum mengungsi, masih ada juga pengungsi yang nekat pulang ke rumahnya yang berada di zona KRB.

Para pengungsi itu pulang untuk mengambil ternak dan barang-barang yang masih tertinggal di kampung halaman mereka.

"Babi saya masih delapan ekor di rumah. Sekarang mau saya ambil," kata Made Sudiarti, warga Desa Muncan, Karangasem, saat ditemui di Posko Pengungsian GOR Swecapura, Klungkung, Rabu (29/11/2017).

Gunung Agung, Kamis (30/11/2017) dini hari pukul 03.40 Wita dari Bukit Abang, Karangasem tampak mengeluarkan sinar api. TRIBUN BALI/I WAYAN ERWIN WIDYASWARA
Gunung Agung, Kamis (30/11/2017) dini hari pukul 03.40 Wita dari Bukit Abang, Karangasem tampak mengeluarkan sinar api. TRIBUN BALI/I WAYAN ERWIN WIDYASWARA (Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara)

Meski takut, namun perempuan yang sudah mengungsi sejak dua hari lalu di Klungkung ini mengaku terpaksa harus pulang demi ternak babinya.

Tak hanya Sudiarti, Komang Ada, warga Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem, juga mengaku pulang untuk mengurus ternak sapinya yang masih tertinggal satu ekor.

"Cuma satu ekor saja, saya mau ambil sekarang. Nanti sore ke sini lagi (posko)," katanya.

Rata-rata pengungsi yang pulang tersebut mengungsi karena ada hujan abu, gempa, dan suara gemuruh yang membuat mereka takut.

Baca: Mugiyanto Sempat Mengimami Salat di Masjid Sebelum Tubuhnya Hanyut Terbawa Arus Banjir

"Iya suara gemuruh itu keras terdengar makanya saya mengungsi lagi," kata Komang Ada.

Bau belerang juga sudah tercium dari radius 10 km tepatnya di Desa Muncan.

Hal ini juga membuat warga Muncan segera mengungsi ke Gor Swecapura.

Tidur di Truk
Sementara itu, sebanyak 30 jiwa pengungsi di GOR Swecapura terkatung-katung di dalam truk, Rabu (29/11/2017) pagi.

Mereka belum mendapatkan tempat sehingga sementara harus tidur di dalam bak terbuka truk.

"Semalam kami tidur di sini dulu. Katanya tenda sudah penuh. Tidak ada tempat. Masih dicarikan tenda katanya," ujar I Gusti Ngurah Sutama, pengungsi asal Desa Muncan.

Total pengungsi di GOR Swecapura yang belum mendapat tempat hingga kemarin pagi sebanyak 30 orang.

Maklum mereka baru datang ke pengungsian pada Selasa (28/11/2017) malam.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Klungkung, Putu Widiada, menjelaskan saat ini sudah ada tujuh tenda besar dan enam tenda family yang dipasang di GOR Swecapura.

Karena kekurangan tenda, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemkot Denpasar dan Pemkab Badung agar bisa mengirimkan bantuan tenda.

Baca: Wiranto Berencana Lobi Tokoh Alumni 212

"Jadi kami memohon tenda untuk antisipasi membeludaknya pengungsi. Misalnya kalau tidak ada yang datang, nanti biar dibagi agar tidak berdesakan," kata Widiada.

Berdasarkan data jumlah pengungsi di Klungkung sebanyak 7.790.

Mereka tersebar di 43 titik dari tiga kecamatan di Klungkung.

Sementara jumlah pengungsi di Gor Swecapura sebanyak 1.126 jiwa.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, menyatakan warga kali ini mengungsi dengan tertib dan atas kesadaran sendiri.

Hanya saja, warga tidak membawa kembali bantuan yang dulu sudah diberikan oleh pemerintah seperti matras, selimut, kompor, dan kipas.

Ia berharap jangan sampai ada kesan pemerintah membiarkan pengungsi tidur di alas tipis dan tanpa selimut.

Menurutnya para pengungsi sudah diimbau agar membawa kembali kompor, alat masak, dan kebutuhan lainnya.

"Minta lagi ke pemerintah agak sulit karena dulu sudah pernah dikasih. Tapi kemarin saya sudah minta ke pemerintah pusat, matras, selimut, tenda, terpal, alat masak. Ya mudah-mudahan didrop, kalau tidak ya kita musti cari-lah," ujar Pastika saat meninjau kondisi pengungsi di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Rabu (29/11/2017).

Pastika juga berharap masyarakat mengikuti arahan pemerintah. Menurutnya selama penghuni 22 desa yang masuk ke dalam KRB mengikuti arahan pemerintah, mudah-mudahan masyarakat akan aman.

"Kita harapkan tidak terjadi sih, anggaplah kemungkinan terburuk itu (erupsi seperti tahun 1963). Tidak ada masalah sepanjang saudara-saudara kita mengikuti arahan kita," ujarnya.

Gunung Agung dilihat dari Abang, Karangasem, Kamis (30/11/2017). TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA
Gunung Agung dilihat dari Abang, Karangasem, Kamis (30/11/2017). TRIBUN BALI/I NYOMAN MAHAYASA (Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa)

Terpisah, Presiden Joko Widodo memerintahkan BNPB, TNI, Polri, Basarnas, dan kementerian terkait lainnya memberikan dukungan kepada Pemprov Bali untuk penanganan pengungsi akibat erupsi Gunung Agung.

"Semua harus dibantu. Saya minta jangan sampai ada korban karena terkena letusan," kata Jokowi kepada wartawan seusai menghadiri Kompas 100 CEO Forum di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (29/11/2017).

Jokowi mengimbau bagi mereka yang berada di radius 8 sampai 10 kilometer agar mengungsi demi keselamatan.

Presiden juga meminta masyarakat, terutama di sekitar Gunung Agung, agar tetap tenang mengikuti saran dan imbauan dari pemerintah pusat dan daerah.

"Saya terus memonitor perkembangan yang ada di Bali," ucap Jokowi.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved