Sabtu, 4 Oktober 2025

Ratusan Santri Hidup Terisolir dan Kesulitan Air Bersih Di Tengah Kekayaan Melimpah Kalimantan

Kondisi yang sungguh ironis di tengah kekayaan bumi Kalimantan yang melimpah. Hutan, perkebunan kelapa sawit, karet, merica dan tanah yang subur.

Penulis: Husein Sanusi

3. Mandi dan bersih-bersih di sungai

Santri di Pesantren Raudhotul Ulum, Meranti, Kalbar, memanfaatkan aliran sungai untuk mencuci dan mandi.

Lokasi yang ditujupun akhirnya sampai dan memang benar perjalanan menghabiskan waktu sekitar dua jam. Sesampainya di lokasi, saya terkejut. Ternyata ada ratusan pemukiman penduduk di daerah yang tergolong pedalaman itu.

Terlintas di benak, bagaimana mereka bisa hidup di daerah yang terisolir seperti itu? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti Sembako?Lokasi jauh dari pasar, bagaimana sistem distribusi kebutuhan pokok disana?

Jika mendadak sakit dimana mereka harus berobat sedangkan tak ada satupun rumah sakit berdiri disana? Bahkan alat komunikasi handphone sudah tak terlihat sinyalnya.

Kegalauan hati cukup terobati setelah melihat beberapa bangunan sekolah Pondok Pesantren Raudhotul Ulum dengan ratusan santri yang sudah berkumpul di dalam ruang pertemuan. Ada sekitar 200 santri dan santriwati menyambut kedatangan kami hari itu.

Mereka hanya ingin mendengar kisah kehidupan orang-orang di luar Meranti khususnya Pulau Jawa yang mungkin hanya bisa mereka saksikan kemewahan dan kemegahan infrastrukturnya lewat layar televisi.

Terenyuh dalam hati, ratusan siswa ini harus bersusah payah dulu melewati ganasnya jalanan untuk bisa menuntut ilmu. Namun, tampaknya mereka sangat kuat seolah meyakini hanya pendidikan yang bisa mengubah kehidupan jadi lebih baik.

Ada semangat terpancar dalam raut wajah generasi penerus bangsa itu ingin juga merasakan pemerataan pembangunan seperti yang dirasakan orang-orang kota.

Rasa penasaran saya tentang kehidupan orang di Meranti kian menggelayut. Selesai pertemuan dengan santri dan santriwati, saya meminta Ustadz Zain bercerita tentang bagaimana penduduk Meranti memenuhi kebutuhan pokok hidup.

Menurutnya, harga bahan pokok seperti Sembako apalagi material bangunan di Meranti berlipat-lipat harganya karena sulitnya sistem distribusi barang. Puskesmas di Meranti hanya ada satu dengan dokter yang hanya dua hari berada di lokasi dalam sepekan.

"Kalau ada yang sakit atau ada ibu-ibu melahirkan semuanya ditangani oleh dukun dan dukun beranak. Alhamdulillah, sejauh ini belum ada ibu melahirkan dengan harus operasi caesar," tutur Ustadz Zain.

Halaman
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved