Humas JAS: Ini Kegiatan Diklat Tanggap Darurat Bencana, Bukan Latihan Militer
Humas JAS Jateng, Endro Sudarsono membantah jika pelatihan yang dilakukan oleh sekitar 38 anggota dan panitia itu ala militer dan berbahaya.
Dalam kesempatan itu, dia juga menyayangkan langkah polisi yang hanya menangkap tanpa surat pencekalan. Hal ini dilakukan polisi pada anak di bawah umur Mft (15), yang menunggu dua mobil milik para peserta latihan.
"Kami menyayangkan langkah polisi yang mencekal anak di bawah umur. Padahal, tidak ada surat penggeledahan dan pencekalan. Ini bisa melanggar undang-undang perlindungan anak," katanya.
Menurut Endro, kegiatan yang dilakukan organisasinya memang berupa kegiatan keagamaan, advokasi, dan juga kemanusiaan.
Dia menyebut, JAS merupakan pecahan dari Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). JAT lebih condong ke Negara Islam Irak Suriah (ISIS) yang menurutnya tidak sesuai dengan musyawarah Khilafah di sana.
"Kami baru setahun ini berdiri dan memang sudah memiliki ribuan anggota di Banten, Jawa Barat, Jateng, NTB. Paling banyak anggota kami di Solo Raya. Inti dari gerakan kami adalah syariat Islam bebas dijalankan di Indonesia," ujarnya.
Bantuan Hukum
Sementara itu, Endro juga mengatakan pihaknya berharap adanya status hukum yang jelas bagi anggotanya ini.
Dia pun meminta bantuan hukum terhadap salah satu lembaga advokasi di Jateng dan meminta Komisi Perlindungan Anak (KPA) ikut berperan pada salah satu anak di bawah umur yang ikut diamankan.
"Kami juga berharap segera dipulangkan dengan status hukum yang jelas," tegasnya.
Sementara itu, Ketua DPD FPI Jateng, Sihabuddin beserta sejumlah pengurus FPI Jateng berupaya meminta klarifikasi terkait dengan penangkapan puluhan anggota JAS yang berlatih di Lereng Sumbing, Gandurejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung.
Sihabudin datang bersama dengan Ketua Tim Advokasi FPI Jateng, Zaenal Abidin Petir, serta sejumlah ulama lain.
Mereka datang ke Mapolres untuk menemui Kapolres Temanggung dan anggota JAS terkait dengan dugaan latihan ala militer ini.
"Kami datang dengan tujuan untuk melakukan klarifikasi. Ada info latihan kebencanaan namun ada penangkapan. Jangan sampai ada pihak yang menyudutkan umat Islam," papar Zaenal Abidin Petir.
Zaenal menjelaskan, klarifikasi yang dilakukan oleh anggota FPI ini ditujukan agar tidak ada rasa mendiskreditkan umat Muslim.
Menurutnya, dengan klarifikasi ini agar umat Islam tidak dianggap sebagai teroris.
"Kami sebagai sesama muslim harus mengecek. Jangan sampai, ada kekeliruan isu ini seperti yang beredar di media. Apa-apa, begitu ada latihan, kemudian dikaitkan dengan terorisme," jelas Zaenal.
Menurut Zaenal, temuan senjata senapan angin dan sangkur, bukan sesuatu hal yang harus dibesar-besarkan.
Apalagi, senjata-senjata tersebut cukup wajar dimiliki seseorang dan tanpa harus memiliki izin polisi.
"Soal latihan di pegunungan itu hal wajar. Tolong jangan mendiskreditkan hal ini. Islam itu mengajarkan kasih sayang," ujarnya. (tribunjogja.com)