Kamis, 2 Oktober 2025

Bebaskan Malang Dari Macet

Pengusaha Bus Terus Merugi

“Kalau tidak dipangkas (jumlah bus yang operasional), bisa rugi makin besar,” ujar Mustofa, yang juga pemilik PO Menggala kepada Surya yang menemuiny

Warta Kota/Alex Suban
Kendaraan terjebak macet di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, tepatnya di sekitar proyek Mass Rapid Transit (MRT), di depan Polda Metro Jaya, Rabu (27/8/2014), sementara proyek pembangunan transportasi massal berlangsung. MRT diharapkan menjadi solusi transportasi di ibukota dan mengurai kemacetan di Jakarta. (Warta Kota/alex suban) 

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA- Kemacetan akut di jalur Malang-Surabaya membuat buntung para pengusaha angkutan. Baik angkutan penumpang maupun angkutan barang. Pengusaha oto bus termasuk dalam barisan pengusaha yang mengalami kebuntungan.

Dampak paling kuat dirasakan hampir setahun terakhir. Mustofa, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jatim menjelaskan, kemacetan akut di jalur Malang, khususnya Lawang-Singosari, benar-benar telah menimbulkan biaya tinggi.

Ongkos operasional, seperti kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan perawatan meningkat tajam.

Beban melambungnya ongkos operasional ini diperparah dengan merosotnya pendapatan. Satu bus yang dulu bisa bola-balik lebih dari empat rate sehari, sekarang maksimal hanya bisa empat rate atau dua kali PP (pulang-pergi).

Jumlah penumpang juga terus merosot. Penumpang yang malas berlama-lama berjibaku dalam kemacetan, perlahan bergeser pada angkutan lain. Kereta Api (KA) yang anti-macet menjadi salah satu pilihan.

Tak mau rugi terus menggunung, apalagi usahanya mati, para pengusaha oto bus menyiasati dengan cara mengandangkan sebagian bus. Jumlah armada yang dikandangkan tidak main-main, 40-50 persen.

“Kalau tidak dipangkas (jumlah bus yang operasional), bisa rugi makin besar,” ujar Mustofa, yang juga pemilik PO Menggala kepada Surya yang menemuinya, Selasa (26/8/2014).

Langkah mengandangkan armada sudah berlangsung beberapa bulan lalu. Namun, jumlahnya makin meningkat pascalebaran Idul Fitri.

Mustofa menuturkan, kemacetan parah membuat calon penumpang sepi. Lamanya waktu tempuh menjadi penyebab mereka kehilangan minat menggunakan jasa bus.

Dulu sebelum kemacetan parah melanda, lama tempuh Surabaya-Malang sekitar dua jam.

Paling lama molor 30 menit karena kemacetan. Kini dengan kemacetan parah yang terjadi hampir setiap hari, butuh waktu sampai tiga setengah jam.

Lama waktu tempuh bisa bertambah di hari Sabtu-Minggu atau hari libur. Ini adalah hari membanjirnya kendaraan pengangkut wisatawan menuju dan dari Kota Apel tersebut.

Titik kemacetan dimulai dari Gempol, Pandaan, dan Purwodadi. Jalur di Kabupaten Pasuruan ini merupakan penghubung menuju Malang dari arah Surabaya.

Ini belum seberapa. Kemacetan terparah akan ditemui di kawasan Malang Raya.

Tepatnya jalur sepanjang sekitar 25 kilometer mulai Lawang-Singosari sampai Malang Kota. Inilah kawasan paling menghabiskan energi plus kesabaran.

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved