Dua Tahun Tsunami Menerjang Mentawai
14 Jam Berlayar Bersama Ayam Potong
saya bersama Wartawan Tribun Pekanbaru Nol Pitos Hendri, dan Ketua Komisi Pengembanagn Sosial

Si ibu seorang perawat yang menjadi PNS di Tua Pejat. Si suami mengatakan, laki-laki gemuk tersebut adalah saudaranya, seorang anggota polisi.
Setelah diusir, saya dan Pitos akhirnya berhasil mendapatkan matras. Simon, stafnya Romo Alex berhasil mendapatkan matras sewaan dari ABK Ambu-ambu. Saya tidur berdampingingan, terpatnya berimpitan dengan bayi tiga bulan putra ibu perawat tersebut. Walau diembus dinginnya angin malam laut, malam itu tidur nyenyak sekali.
Selepas menonton pertandingan sepakbola bigmatch antara Chelsea-Manchester City, kami tidur pulas. Dan baru bangun menjelang pagi. Menjelang Pulau Sipora, rerimbun pohon di kiri dan kanan jalur kapal tampang menghijau. Air laut membiru, jernih masih jauh dari cemaran minyak oli, limbah industri, seperti umumnya mencemari perairan di kota besar.
Kapal pun berlabuh di Tua Pejat, kruang lebih pukul 06.00 WIB, saat cuaca Sipora masih rada rabun. Kami singgah sebentar, kurang dari satu jam, mandi dan sarapan di pastoran Stasi Sikirei, Tua Pejat. Kemudian perjalanan menggunakan kapal layar motor ukruan lebih kecil menuju Sikakap. (domu d ambarita)