Sabtu, 4 Oktober 2025

Dua Tahun Tsunami Menerjang Mentawai

14 Jam Berlayar Bersama Ayam Potong

saya bersama Wartawan Tribun Pekanbaru Nol Pitos Hendri, dan Ketua Komisi Pengembanagn Sosial

Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto 14 Jam Berlayar Bersama Ayam Potong
TRIBUNNEWS.COM / Domu D. Ambarita
DUA unit feri bersandar di Pelabuhan Bungus Teluk Kabung, Padang, Sumatera Bara

PENGANTAR:
ANAK-anak Dusun Mangkaulu, Desa Sinaka, Kecamatan Pagai Selatan, segera memiliki gedung pemanen untuk tempat bersekolah. Pembangunan gedung empat ruangan sumbangan para pembaca Tribun Network untuk korban tsunami Mentawai telah dimulai. Dijadwalkan, September mendatang rampung dan siap digunakan. Inilah bantuan ketiga Dana Kemanusiaan Tribun setelah korban banjir Wasior-Papua, dan korban letusan Gunung Merapi di Girikerto, Turi, Sleman, Yogyakarta.

Menjangkau Mangkaulu butuh waktu tiga hari, dengan empat kali berganti alat transportasi. Berikut laporan perjalanan wartawan Tribun Network Domu D Ambarita ke dusun terpencil di ujung selatan Kepulauan Mentawai, pekan lalu.

TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA-  DUA unit feri bersandar di Pelabuhan Bungus Teluk Kabung, Padang, Sumatera Barat. Sore ini, Minggu (24/2/2013) sektiar pukul 15.45, saya bersama Wartawan Tribun Pekanbaru Nol Pitos Hendri, dan Ketua Komisi Pengembanagn Sosial Ekonomi Caritas Keuskupan Padang Romo Alexius Sudarmanto beserta sorang staf tiba di pelabuhan.

Pelabuhan masih sepi. Tampak hanya 5-7 orang petugas ASDP bertugas membuka-tutup portal pelabuhan menuju dermaga.

Satu dari dua kapal masih baru, belum dioperasikan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP), sebagai operator. Maret ini akan mulai difungsikan melayani rute Kepulaian Mentawai - Padang. Warga setempat mengenalnya dengan sebutan kapal Ambu-ambu. Ambu-ambu artinya ikan tongkol. Sore itu, Ambu-ambu melayani rute dari Padang ke Tua Pejat di Pulau Sipora, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Dari portal ke kapal berjarak kurang-lebih 75 meter. Belasan pedagang berjejer di tepi jalan, di atas beton dermaga, menuju pintu feri jenis roll on roll out (Roro). Kapal tiga dek atau lantai. Ukuran dan daya angkut lebih kecil daripada Feri yang biasa beroperasi di Selat Sunda, Merak - Bakauheuni.

Belasan pedagang kaki lima menawarkan dagangan air mineral, kue kering, roti basah, telur asin, rokok dan makanan lainnya. Harga-harga relatif murah. Air mineral merk Aqua volume 1,5 liter dijual Rp 6.000 per botol.

Begitu tiba di kapal, bau nyengat kotoran khas ayam potong menyeruak dari dalam kapal. Angin kebetulan bertiup kencang dari buritan ke arah haluan, pintu masuk penumpang. Ratusan ekor ayam dalam keranjang, telah dimuat sejak siang, di dek bawah. Sampai kapal lepas tali, wangi kotoran ayam potong masih kerap menyembul.

Di dalam kapal, dek bawah, tampak pula berton-ton sayur-sayuran seperti kol, wortel, kentang, daun sup, daun bawang, cabai. Sayur-mayur dan barang dagangan hasil industri seperti onderdil kendaraan bermotor, deterjen, minyak makan, beras dan gula diangkut dari Pulau Sumatera.

Kurang lebih lima unit mobil, puluhan motor penumpang, dan sepda angin baru barang dagangan. Mobil-mobil pikap dan MPV sejenis Kijang memuat barang-barang dangangan kelontongan, dan sayur-mayur.

Dek dua, tempat penumpang. Umumnya penumpang tidur beralas tikar, matras atau sleepingbad dari busa, tidur serampangan di sela-sela bangku maupun selasar kapal. Masih di dek dua, di bagian haluan, tersedia puluhan sopa untuk penumpang kelas VIP. Penumpang biasa, atau kelas ekonomi, menempati geladak kapal. Tersedia kira-kira seratusan kursi penumpang, tapi yang terisi dan diduduki, hanya sedikit. Jika tidak membawa matras, ABK menyewakannya.

Di dek tiga terdapat beberapa kamar yang disewakan kepada penumpang. Kamar berikut ranjang yang biasa digunakan anak buah kapal (ABK). Ruangan ABK bisa disewakan, Rp 500 ribu untuk empat orang, sekali perjalanan. Penyewa kamar ABK umumnya orang luar Mentawai yang berkunjung atau menjalankan tugas ke daerah itu.

Romo Alex mengajak kami lebih awal masuk ke kapal. Sebab sore itu kami tidak kebagian tempat tidur di kamar ABK. Kapal akan lepas jangkar malam, pukul 20.00, namun empat jam sebelumnya kami sudah berada di atas kapal, mencari 'kaplingan' tidur di lantai.

"Kita tidak dapat kamar. Soalnya banyak PNS yang ikut naik, karena besok pelantikan PNS baru di Tua Pejat," kata Romo Alex, laki-laki keturunan Jawa yang lahir dan besar di Riau.
Betul saja. Saya dan Pitos nekat menduduki dua matar yang terletak di dek dua, dekat tangga belakang, penghubung ke dek dasar. Sejak siang, kami tidak beranjak, agar kebagian tempat.

Dan sekitar sejam sebelum keberangkatan, seorang laki-laki berperawakan besar, perut buncit dan suara ngebas, meminta Pitos, menyingkir dari matras yang didudukinya. Saat Pitos coba bernegosiasi, laki-laki itu mengeluarkan suara nada keras, setengah membentak. "Ini sudah dibayar. Tepat ibu dan anak-anak ini," ujarnya menunjuk seorang ibu dan suaminya serta dua anak balita.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved