Minggu, 5 Oktober 2025

Hama Wereng Meluas di Lamongan

Aris mengakui ada penurunan hasil panen yang cukup signifikan untuk sejumlah wilayah yang diserang hama wereng.

zoom-inlihat foto Hama Wereng Meluas di Lamongan
ist
Ilustrasi wereng coklat menyerang tanaman padi

TRIBUNNEWS.COM,LAMONGAN- Hama wereng yang menyerang tanam padi di 69 desa di lima kecamatan telah menghancurkan sebanyak 1.500 hektare. Namun hingga kini Dinas Pertanian dan Kehutanan mengakui belum mengetahui pasti kerugian yang diderita petani di Lamongan.

Sementara kini petani dalam jeratan harga yang dipermainkan tengkulak.

Data yang berhasil dihimpun Dinas Pertanian dan Kehutanan untuk sementara luas tanaman padi  yang diserang populasi hama wereng baru terdata hanya di lima kecamatan yang tersebar di 69 desa. Sedangkan beberapa desa lainnya belum dicaver pendataannya.

”Yang baru masuk hanya di lima kecamatan,”kata Aris Setiadi, Kadis Pertanian dan Kehutanan kepada Surya, Rabu (29/8/2012) siang.

Hama wereng coklat yang menyerang itu telah merusakkan tanaman padi dengan kriteria ringan seluas 927, 1 haktare, sedang 198, 3 hektare dan berat 134, 5 hektare tersebar di Kecamatan Deket 17 desa, Karangbinangun 13 desa, Kalitengah 8 desa, Turi 19 desa dan Lamongan 12 desa. Sementara lahan puso mencapai 103, 5 hektare.

Aris mengakui ada penurunan hasil panen yang cukup signifikan untuk sejumlah wilayah yang diserang hama wereng. Untungnya harga gabah masih tergolong lumayan tinggi yakni antara Rp 3.500 / Kg hingga Rp 3.800/ Kg.

Sementara itu Nasikan, petani asal Desa Nataan mengungkapkan, masih banyak tengkulak yang menghargi gabah petani hanya Rp 3.500/Kg. Ia meminta keterlibatan pemerintah untuk membantu petani mendongkrak harga gabah hasil panen tahun ini.

Sebab kelakuan tengkulak telah menyamaratakan kualitas gabah dengan harga yang dimainkan tengkulak.

”Padahal masih banyak juga gabah yang kualitasnya baik. Kan tidak semua gabah sama jeleknya,”kata Nasikan.

Kini harga gabah dalam genggaman dan penguasaan tengkulak. Dalihnya, semua gabah dihargai seragam dengan menyamaratakan kualitas jelek.
Sedangkan petani tidak berdaya menghadapi perlakukan harga yang diterapkan para tengkulak.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved