Senin, 29 September 2025

Pendidikan Profesi Guru

5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran Sebagai Referensi

Inilah contoh studi kasus PPG 2025 maksimal 600 kata tentang Media Pembelajaran saat UTBK UKPPPG 2025 sebagai referensi untuk guru SD, SMP, SMA.

Kolase Tribunnews.com/Canva
STUDI KASUS PPG - Grafis tentang contoh studi kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran yang dibuat di aplikasi Canva Premium, Rabu (30/7/2025). Inilah contoh studi kasus PPG 2025 maksimal 600 kata tentang Media Pembelajaran saat UTBK UKPPPG 2025 sebagai referensi untuk guru SD, SMP, SMA. 

Saya juga menyiapkan lembar diskusi kelompok berisi pertanyaan pemantik dan kutipan penting dari film. Selain itu, saya memberikan pilihan kepada siswa untuk menonton ulang di rumah melalui tautan video yang saya bagikan via grup WhatsApp kelas.

Hasil Tindakan:
Siswa terlihat lebih fokus dan aktif dalam diskusi. Dengan durasi yang lebih singkat dan aktivitas jeda, mereka lebih mudah menangkap alur cerita dan nilai moral. Beberapa siswa bahkan mengaitkan cerita dengan pengalaman pribadi mereka. Hasil resensi meningkat dari segi kedalaman isi dan orisinalitas. Kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan dan bermakna.

Pengalaman Berharga:
Saya menyadari pentingnya menyesuaikan media pembelajaran dengan kemampuan konsentrasi dan minat siswa. Durasi yang tepat, penyisipan aktivitas jeda, serta pemanfaatan teknologi sederhana dapat membuat media pembelajaran lebih efektif. Kunci keberhasilan ada pada desain pembelajaran yang berpusat pada siswa.

4. Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran

Situasi yang Anda hadapi pada saat itu, tugas Anda, dan masalah yang harus Anda selesaikan.

Sebagai seorang guru Bahasa Inggris di kelas XI SMA Harapan Bangsa pada tahun ajaran 2024/2025, saya dihadapkan pada tantangan dalam mengajarkan materi Analytical Exposition Text. Siswa kelas XI dituntut tidak hanya memahami struktur teks, tetapi juga mampu mengidentifikasi argumen, menganalisis kekuatan persuasi, dan bahkan menulis teks eksposisi analitis mereka sendiri. 

Saya memiliki ekspektasi tinggi terhadap penggunaan media digital untuk materi ini, seperti video TED Talks atau artikel online. Namun, saya seringkali terbentur masalah. Keterbatasan akses terhadap internet yang stabil di kelas, guru yang kurang terampil memanfaatkan tools digital secara optimal, dan terkadang video yang berdurasi terlalu panjang membuat siswa bosan.

Permasalahan utama yang saya hadapi adalah ketidakmampuan saya dalam memanfaatkan media digital secara optimal dan efektif untuk materi Bahasa Inggris yang kompleks, akibat keterbatasan infrastruktur dan kurangnya skill adaptif. Video atau artikel online yang saya tunjukkan seringkali terlalu panjang atau memiliki kecepatan bicara yang tinggi, sehingga siswa cepat kehilangan fokus dan pemahaman. 

Beberapa siswa juga kesulitan mengakses materi digital karena masalah kuota atau perangkat. Akibatnya, pembelajaran menjadi monoton, kurang interaktif, dan siswa hanya pasif menerima materi tanpa analisis mendalam. Motivasi belajar mereka menurun, dan tujuan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan reading comprehension, critical thinking, dan writing analytical exposition tidak tercapai secara optimal.

Tindakan yang Anda ambil.

Menghadapi masalah ini, saya merancang dan mengimplementasikan strategi penggunaan media pembelajaran yang lebih selektif, adaptif, dan berorientasi pada pemecahan masalah serta partisipasi aktif siswa.

  • Fragmentasi Konten Video/Audio: Daripada memutar video TED Talks secara utuh, saya memotongnya menjadi klip-klip pendek (2-3 menit) yang fokus pada satu argumen atau kalimat kunci. Klip ini saya unduh di rumah saat ada internet dan saya tambahkan subtitle Bahasa Inggris. Saya juga menyisipkan pertanyaan panduan di setiap jeda klip untuk memicu diskusi.
  • Modifikasi Artikel Online menjadi "Digest": Artikel atau berita online yang kompleks saya ringkas menjadi "digest" atau intisari dengan poin-poin utama dan kosakata kunci yang digarisbawahi. Ini saya cetak dan bagikan kepada siswa. Saya juga membuat "QR Code Vocabulary List" yang mengarah ke glossary kosakata sulit.
  • Penggunaan Media Visual/Infografis Sederhana: Saya mulai mendesain infografis sederhana (menggunakan aplikasi Canva atau PowerPoint) yang merangkum struktur analytical exposition text atau daftar frasa persuasif. Infografis ini saya cetak dan tempel di kelas, atau saya tampilkan jika proyektor berfungsi.
  • Aplikasi "Mock Debate" dan "Opinion Corner": Untuk mempraktikkan keterampilan berargumentasi (inti dari eksposisi analitis), saya menciptakan "Mock Debate" sederhana di kelas. Saya juga membuat "Opinion Corner" di mana siswa bisa menempelkan opini mereka tentang isu tertentu di selembar kertas.
  • Pemberdayaan Siswa sebagai "Penyaring Media": Saya menugaskan siswa untuk mencari satu video atau artikel pendek yang menurut mereka menarik dan relevan dengan topik, lalu mereka harus mempresentasikan dan menjelaskan mengapa media tersebut persuasif. Ini mendorong mereka menjadi kurator media.

Bagaimana hasil dari tindakan tersebut.

Upaya yang saya lakukan dalam merevisi penggunaan media pembelajaran menunjukkan hasil yang sangat positif. Keberhasilan pertama adalah peningkatan signifikan dalam keterlibatan dan pemahaman siswa. Klip video pendek lebih efektif dalam mempertahankan fokus mereka, dan siswa lebih antusias berpartisipasi dalam diskusi setelah menontonnya. Membaca "digest" artikel atau infografis membuat mereka tidak terbebani oleh teks panjang.

Kedua, kemampuan siswa dalam menganalisis argumen dan memahami struktur teks eksposisi analitis meningkat secara substansial. Mereka menjadi lebih kritis dalam mengidentifikasi thesis statement, argumen pendukung, dan reiteration. Hal ini tercermin dari hasil tugas menulis teks eksposisi yang lebih terstruktur, logis, dan persuasif. Partisipasi dalam Mock Debate juga menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berargumen lisan mereka.

Pengalaman berharga apakah yang Anda petik dari masalah tersebut.

Pengalaman berharga yang saya petik adalah bahwa efektivitas media pembelajaran tidak terletak pada kecanggihan teknologinya, melainkan pada bagaimana guru mampu mengadaptasi dan memanfaatkannya sesuai karakteristik siswa dan ketersediaan fasilitas. Saya belajar bahwa memecah konten menjadi bagian-bagian kecil (fragmentasi), menyajikan informasi secara visual (infografis), dan mendorong interaksi aktif siswa dengan media (diskusi, mock debate) jauh lebih efektif daripada hanya menampilkan media digital secara pasif. 

Penting bagi seorang guru untuk terus mengembangkan keterampilan adaptasi teknologi, menjadi kurator konten yang cerdas, dan yang terpenting, selalu berfokus pada bagaimana media dapat memfasilitasi pemahaman dan keterampilan siswa, bukan sekadar formalitas.

5. Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran

Situasi, Tugas, dan Masalah:
Sebagai guru kelas 5 SD di daerah pinggiran, saya dihadapkan pada tantangan saat ingin menggunakan media pembelajaran berbasis digital untuk menjelaskan materi "Perubahan Lingkungan dan Dampaknya". Sekolah kami tidak memiliki fasilitas proyektor, dan koneksi internet sangat terbatas. 

Saya bertugas menyampaikan materi dengan pendekatan kontekstual, namun media yang saya sediakan berupa video pembelajaran berdurasi panjang (lebih dari 10 menit) yang diunduh dari YouTube. Saat ditampilkan di layar kecil laptop guru, anak-anak tampak tidak fokus dan cepat bosan. Mereka mulai mengobrol dan tidak memperhatikan isi video. Akibatnya, pemahaman terhadap isi materi menjadi rendah. Hanya sedikit siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang saya ajukan setelah menonton.

Tindakan yang Diambil:
Saya kemudian mengevaluasi media pembelajaran tersebut dan memutuskan untuk menyederhanakannya. Saya memotong bagian video menjadi klip-klip pendek berdurasi 1–2 menit sesuai subtopik.

Selain itu, saya mencetak gambar-gambar dari video yang relevan dan menempelkannya di papan tulis sebagai alat bantu visual. Saya juga menambahkan permainan kuis sederhana setelah setiap klip pendek untuk memastikan keterlibatan siswa. Untuk siswa yang memiliki kemampuan membaca rendah, saya sediakan kartu bergambar dan instruksi singkat.

Hasil Tindakan:
Anak-anak menjadi jauh lebih tertarik dan aktif mengikuti pelajaran. Mereka antusias menjawab kuis dan berdiskusi. Dengan pembagian materi menjadi bagian-bagian kecil yang mudah dicerna dan pendekatan visual konkret, mereka lebih mudah memahami dampak perubahan lingkungan.

Nilai ulangan harian meningkat, dan siswa lebih mampu menjelaskan materi dengan kata-kata mereka sendiri. Bahkan beberapa siswa mulai menggambar poster bertema lingkungan secara sukarela.

Pengalaman Berharga:
Saya belajar bahwa media pembelajaran tidak harus selalu digital dan canggih. Kunci keberhasilannya terletak pada relevansi, durasi yang sesuai, dan keterlibatan aktif siswa. Dalam keterbatasan fasilitas, kreativitas guru menjadi kekuatan utama untuk menciptakan pembelajaran bermakna.

*) Disclaimer: 

Contoh studi kasus PPG 2025 tentang Media Pembelajaran dalam artikel ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti bagi Guru Tertentu dalam UKPPPG 2025.

Beberapa studi kasus PPG 2025 merupakan hasil olah AI, sehingga bapak/ibu guru perlu melakukan modifikasi.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan