Senin, 29 September 2025

Pieter C Zulkifli: Sektor Pendidikan dan Kesehatan Bukan Persoalan Teknis Belaka

Indonesia dinilai menepikan dua fondasi utama peradaban, yakni pendidikan dan kesehatan di tengah gemuruh politik yang terus menggema

Istimewa
DUA SEKTOR VITAL - Mantan Ketua Komisi III DPR, Pieter C. Zulkifli Simabuea. Dia menyoroti dua sektor vital, pendidikan dan kesehatan yang menurutnya justru belum menjadi prioritas. 

Dia menyebut anak-anak lebih fasih bermain TikTok daripada membaca buku.

"Ruang kelas yang seharusnya menjadi arena diskusi kini digantikan oleh perdebatan kosong di kolom komentar media sosial," ujarnya.

Pieter Zulkifli mengungkapkan yang lebih mengkhawatirkan, pendidikan tinggi kian menjauh dari rakyat.

Uang Kuliah Tunggal (UKT) di berbagai perguruan tinggi negeri melonjak tanpa kendali.

Pieter Zulkifli menegaskan kondisi di sektor kesehatan pun tak jauh berbeda. 

Pelayanan medis yang layak hanya dapat diakses oleh mereka yang tinggal di kota-kota besar.

Di banyak wilayah, kata dia, puskesmas kekurangan tenaga, rumah sakit minim fasilitas, dan masyarakat hidup dalam ketidakpastian. Budaya perundungan dalam pendidikan kedokteran turut memperparah krisis ini.

"Dampak dari bully terhadap profesi dokter sangat berpengaruh pada kualitas pelayanan kesehatan, baik dari sisi etika, empati, maupun profesionalisme tenaga medis itu sendiri," ucapnya.

Pieter Zulkifli menekankan laporan berbagai lembaga internasional menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam indikator pendidikan dan kesehatan, bahkan dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara. 

Dia mengatakan, hal ini bukan sekadar data statistik, tetapi peringatan serius bagi para pemegang kekuasaan.

"Pendidikan dan kesehatan bukan persoalan teknis belaka, melainkan penentu arah masa depan bangsa," katanya.

Pieter Zulkifli mengungkapkan Tiongkok tidak hanya menaklukkan dunia lewat produk murah dan infrastruktur megah. Mereka membangun pengaruh melalui sektor pendidikan.

Setiap tahun, ratusan ribu mahasiswa asing belajar di universitas-universitas Tiongkok. Beasiswa ditawarkan, fasilitas ditingkatkan, dan kurikulum disesuaikan dengan standar global. 

Pieter menegaskan bila sekarang sudah saatnya Indonesia belajar dari Tiongkok, bukan untuk meniru bentuknya, tapi mengambil semangatnya.

"Bahwa negara yang besar, adalah negara yang mencerdaskan dan menyehatkan rakyatnya lebih dulu. Sebab dari sanalah, kekuatan sejati sebuah bangsa dimulai," katanya.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan