Minggu, 5 Oktober 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Respons KPAI terkait Kasus Keracunan MBG yang Terus Berulang: Hentikan Sementara untuk Evaluasi

Wakil Ketua KPAI Jasra Putra menyebut, inside tersebut tidak boleh lagi ditolerir, karena menyangkut anak-anak.

Editor: Erik S
Dok. Istimewa
KERACUNAN MBG - Tampak sejumlah siswa di Kecamatan Empang, Sumbawa berbaring lemas kesakitan diduga keracunan usai konsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat bicara terkait kasus keracunan usai santap Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terus berulang.

Wakil Ketua KPAI Jasra Putra menyebut, insiden tersebut tidak boleh lagi ditolerir, karena menyangkut anak-anak.

Anak-anak biasanya sulitmendeskripsikan kondisi kesehatannya. Apalagi bila menghadapi keluarga yang kurang perhatian atau kurang peka kondisi anak.

Baca juga: 5.360 Anak Keracunan MBG, Pakar Bongkar Titik Rawan

"Satu kasus anak yang mengalami keracunan bagi KPAI sudah cukup banyak. Artinya pemerintah perlu evaluasi menyeluruh program MBG," kata Jasra kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (20/9/2025).

KPAI mengusulkan, agar program MBG dihentikan sementara, sampai benar benar instrumen panduan dan pengawasan sudah terlaksana dengan baik. 

"Penting pencapaian program MBG ini dihentikan sementara untuk melihat lagi kondisi, antisipasi, pengawasan," ungkap dia.

Survei KPAI, CISDI, WVI

 

Sebelumnya KPAI, CISDI, Wahana Visi Indonesia (WVI) melaksanakan Survei Suara Anak Untuk Program Makan Bergizi Gratis yang dilaksanakan di 12 propinsi dengan 1.624 responden anak dan anak disabilitas. 

Pada 14 April hingga 23 Agustus 2025.

Ada 4 temuan yang terjadi di lapangan. 

Baca juga: Kontroversi Surat Perjanjian MBG di Blora: Keracunan Harus Dirahasiakan, Dikritik Keras DPRD

Pertama, kualitas makanan MBG.

Dari 1624 responden anak ada 583 anak menerima makanan MBG sudah rusak, bau dan basi. 

Bahkan 11 responden menyatakan meski sudah rusak, bau dan basi mereka tetap mengkonsumsinya karena berbagai sebab.

Kedua, soal tempat makan MBG dimana responden merasakan bau tidak sedap dari tempat makan MBG.

Ketiga, anak meminta makanan tetap fresh atau tidak basi saat mau di makan. 

Karena makanan yang sudah tidak fresh membuat siswa malas untuk menyantap nya.

Keempat, edukasi kepada penyedia MBG, siswa dan wali siswa bahwa memakan makanan bergizi itu sangat penting dan banyak manfaat yang akan didapatkan.

Dari temuan tersebut, bisa di simpulkan pemahaman MBG yang masih berkutat pada dampak ekonomi seperti alasan hemat, mengurangi uang jajan dan lain lain.

Baca juga: Istana Minta Maaf Buntut Banyak Siswa Keracunan MBG: Bukan Kesengajaan, Akan Dievaluasi

Anak senang adanya budaya makan bersama, namun aspek keamanan dan kebersihan pangan harus terjaga.

Oleh sebab itu, pemerintah harus memastikan pemenuhan hak anak untuk memperoleh makan bergizi gratis yang aman dan berkualitas, serta pemulihan atas kerugian yang ditimbulkan dari kasus tidak dinginkan seperti keracunan.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved