Senin, 29 September 2025

Demo di Jakarta

Aktivis Sumarsih Bela Ferry Irwandi: TNI Jangan Ikut Campur Urusan Kebebasan Berpendapat, Berbahaya!

Sumarsih membela Chief Executive Officer (CEO) Malaka Project, Ferry Irwandi usai 'dibidik' Satuan Siber TNI diduga langgar tindak pidana.

|
Kolase: Instagram.com/irwandiferry dan Instagram.com/sumarsihmaria
BELA FERRY IRWANDI - (Kiri) Sumarsih aktivis Kamisan saat memberikan komentarnya terkait kasus yang menimpa Ferry Irwandi dan (Kanan) Chief Executive Officer (CEO) Malaka Project, Ferry Irwandi yang 'dibidik' Satsiber TNI karena diduga melakukan tindak pidana. 

TRIBUNNEWS.COM - Maria Catarina Sumarsih, ibunda Wawan, aktivis yang gugur ditembak aparat pada Tragedi Semanggi 1998 membela Chief Executive Officer (CEO) Malaka Project, Ferry Irwandi.

Ferry Irwandi sebelumnya dituding melakukan tindak dugaan pidana oleh Komandan Satuan Siber (Dansatsiber) Tentara Nasional Indonesia (TNI), Brigadir Jenderal (Brigjen) Juinta Omboh Sembiring.

Dugaan temuan itu diperoleh dari patroli siber yang dilakukan pihaknya hingga berencana akan menempuh jalur hukum.

Hingga sekarang, pihak Satsiber TNI belum membeberkan secara rinci dugaan pidana seperti apa yang dilanggar Ferry Irwandi.

Berkenaan dengan masalah ini, Sumarsih dengan tegas meminta Satsiber TNI untuk tidak ikut campur dalam kebebasan berekspresi.

Ia meminta Brigjen Juinta Omboh Sembiring dan jajarannya fokus saja pada bidang pertahanan siber sesuai dengan tugasnya.

Baca juga: TNI Klaim Temukan Indikasi Pidana Lain oleh Ferry Irwandi usai Terganjal Putusan MK: Lebih Serius

"Soal ancaman siber, saya bersama (lembaga) Amnesti dan kawan-kawan pernah menyampaikan agar militer fokus pada masalah ancaman pertahanan siber dari luar negeri."

"Bukan dari ancaman dalam negeri, apalagi ikut campur urusan kebebasan berpendapat. Itu berbahaya," katanya, dikutip dari video yang diunggah di akun Instagram @sumarsihmaria.

Sumarsih dalam pernyataan turut mengungkit kematian sang putra tercinta Wawan.

Ia menceritakan Wawan menjadi korban intervensi militer pada tahun 1998.

Kala itu, sang putra ikut berjuang mencabut dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Dwifungsi adalah doktrin atau konsep peran ganda Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di masa Orde Baru, yang berarti selain sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan, ABRI juga aktif dalam aspek sosial-politik dan tatanan pemerintahan negara.

Oleh karenanya, Sumarsih berharap Wawan menjadi korban terakhir intervensi militer, tidak ada Wawan Wawan lain di kemudian hari.

Baca juga: Menko Yusril Sarankan TNI Buka Ruang Dialog dengan Ferry Irwandi soal Dugaan Pencemaran Nama Baik

"Kita (juga) harus menolak kembalinya setiap gejala bangkitnya dwifungsi militer," papar Sumarsih.

Sumarsih lebih jauh melihat, ada tanda-tanda bangkitnya dwifungsi militer di kejadian yang menimpa Ferry Irwandi usai 'dibidik' oleh Satsiber TNI.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan