Minggu, 5 Oktober 2025

Profil Gus Yahya, Ketum PBNU yang Minta Maaf karena Undang Akademisi Pro-Israel Peter Berkowitz

Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya meminta maaf karena telah mengundang Peter Berkowitz, akademisi pro-Israel.

Kolase Tribunnews
AKADEMISI PRO-ISRAEL - (Kiri) Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf dan (kanan) Peter Berkowitz, akademisi pro-Israel. Yahya meminta maaf karena telah mengundang Berkowitz. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya meminta maaf karena telah mengundang Peter Berkowitz.

Peter Berkowitz yang dikenal sebagai akademisi pro-Zionisme dan pro-Israel itu diundang sebagai pemateri acara Akademi Kepemimpinan Nasional yang digelar PBNU tanggal 15 Agustus 2025.

Yahya mengaku PBNU khilaf karena mengundang Berkowitz tanpa terlebih dulu mencermati latar belakang.

"Hal ini terjadi semata-mata karena kekurangcermatan saya dalam melakukan seleksi dan mengundang narasumber," kata Yahya dikutip dari Kompas.com, Kamis, (28/8/2025).

Lalu, dia menyebut PBNU tidak pernah mengubah sikap dalam mendukung perjuangan Palestina.

"PBNU mengajak semua pihak dan aktor internasional untuk bekerja keras menghentikan genosida di Gaza dan mengusahakan terciptanya perdamaian," katanya.

Profil Gus Yahya

Gus Yahya lahir di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada 16 Februari 1966. Dia adalah putra K.H. Cholil Bisri atau kakak K.H. Ahmad Mustofa Bisri.

Pendidikannya dimulai di Pondok pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. Lalu, dia berkuliah di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Gus Yahya adalah anak pertama dari delapan saudara. Salah satu adiknya, Gus Yaqut Cholill Qoumas, pernah menjadi Menteri Agama periode 2020-2024.

Tokoh NU itu aktif menjadi pembicara di dalam maupun luar negeri dalam upaya mengusung perdamaian.

Baca juga: Gus Yahya Nilai Sikap Prabowo soal Israel dan Palestina Tetap Sama: Beliau Konsisten

Dilansir setkab.go.id, Gus Yahya pernah dilantik sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) 2018-2019 pada 31 Mei 2021.

Setelah dilantik sebagai anggota Wantimpres, Gus Yahya mengatakan menjadi kewajiban dirinya untuk menerima permintaan dari presiden untuk bergabung dalam Dewan Pertimbangan Presiden.

Gus Yahya pernah mengundang atensi publik ketika menghadiri undrangan acara dari American Jewish Committee (AJC) dan berpidato tentang resolusi konflik keagamaan di sana.

Selain itu, ia terlibat secara pemikiran dalam penyusunan naskah deklarasi ISOMIL Nahdlatul Ulama (2016), deklarasi forum persatuan global (2016), deklarasi Ansor gerakan pemuda pada kemanusiaan Islam (2017), dan yang terakhir Manifesto Nusantara (2018).

Gus Yahya juga dikenal karena melanjutkan hal yang sering dilakukan oleh Gus Dur dengan melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh atau acara komunitas Yahudi untuk perdamaian Israel-Palestina.

Ia juga merupakan utusan GP Anshor dan PKB untuk jaringan politik tersebar di Eropa dan Dunia, Centrist Democrat International (CD) dan European People’s Party (EPP).

Terpilih sebagai Ketua PBNU

Gus Yahya terpilih Ketua Umum PBNU pada periode 2021-2026.

Pemilihan calon Ketum PBNU digelar di GSG Universitas Lampung, Jumat (24/12/2021) pagi.

Gus Yahya mengalahkan Ketum PBNU petahana, K.H. Said Aqil Siradj. Dalam penghitungan, Gus Yahya unggul cukup telak.

Selisih perolehan suara antara dua tokoh itu mencapai 127 suara. Gus Yahya meraih suara 337, sementara Said Aqil 210 suara.

Baca juga: Trump Janji Stop Perang Gaza, Agresi Israel ke Palestina Bakal Rampung dalam Dua Pekan

Profil Peter Berkowitz

Peter Berkowitz lahir dari keluarga Yahudi pada tahun 1959.

Menurut akun LinkedIn-nya, Berkowitz meraih gelar sarjana sastra Inggris pada 1981 dari Swarthomore College di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).

Tiga tahun setelahnya, pada 1984, Berkowitz mendapatkan gelar Magister Filsafat dari Universitas Ibrani Yerusalem, Israel.

Berkowitz terus melanjutkan studinya hingga meraih gelar Doktor Ilmu Politik dari Universitas Yale, Connecticut, AS, tahun 1987.

Ia juga belajar hukum di Sekolah Hukum Yale pada 1988-1990 dan memperoleh gelar Juris Doctor (JD).

Juris Doctor (JD) adalah gelar profesional tingkat sarjana yang dirancang untuk memberikan pendidikan yang mendalam dalam praktik hukum, memungkinkan lulusannya untuk mengejar lisensi praktik hukum, seperti menjadi pengacara.

AKADEMISI PRO-ISRAEL - Peter Berkowitz jadi pembicara utama dalam acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana 2025 pada Sabtu (23/8/2025).
AKADEMISI PRO-ISRAEL - Peter Berkowitz jadi pembicara utama dalam acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana 2025 pada Sabtu (23/8/2025). (Tangkapan layar YouTube Universitas Indonesia via Kompas.com)

Dari situ, Berkowitz kemudian menjadi akademisi. Ia mengajar untuk filsafat politik di Universitas Harvard, Inggris pada 1990-1999, dikutip dari laman pribadinya.

Berkowitz berpindah mengajar ke Sekolah Hukum Universitas George Mason pada 1990-2006.

Selain menjadi akademisi, Berkowitz merupakan salah satu pendiri dan direktur Program Israel tentang Pemerintahan Konstitusional.

Ia juga pernah menjadi anggota dewan penasihat kebijakan di Pusat Etika dan Kebijakan Publik.

Saat ini, Berkowitz tercatat sebagai rekan senior Tad and Dianne Taube di Hoover Institution, Universitas Stanford.

Tad dan Dianne Taube adalah pasangan suami istri. Mereka merupakan pendukung Jewish Family and Children's Service (JCFS) sejak lama.

Pada 2019-2021, Berkowitz menjabat sebagai Direktur Staf Perencanaan Kebijakan Departemen Luar Negeri hingga penasihat senior bagi Menteri Luar Negeri.

Pada 2017, ia menjadi kolumnis untuk Real Clear Politics.

Pada tahun yang sama, Berkowitz tercatat bergabung sebagai anggota American Academy of Sciences & Letters.

Ia juga meraih penghargaan Bradley Prize pada tahun yang sama.

Bradley Prize adalah penghargaan bergengsi dari Lynde and Harry Bradley Foundation yang diberikan kepada individu-individu yang telah memberikan kontribusi luar biasa dan memiliki pengaruh di bidang-bidang yang sejalan dengan misi yayasan, seperti pemikiran konservatif dan prinsip-prinsip demokrasi Amerika

Baru-baru ini, Berkowitz menulis Explaining Israel: The Jewish State, The Middle East, and America lewat penerbit RealClear Publishing.

Dikutip dari hoover.org, buku itu membahas Israel dengan melaporkan perisitiwa, mengkaji gagasan, dan menempatkan keduanya dalam konteks geopolitik yang lebih luas.

Salah satu yang turut dibahas adalah invasi Hamas pada 7 Oktober 2023, yang kemudian berujung pada balasan hingga genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

Sebelumnya, pada 2012, Berkowitz juga menerbitkan buku berjudul Israel and the Struggle over the International Laws of War.

Lewat buku itu, Berkowitz membela Israel atas berbagai kritik hukum internasional, seperti Goldstone Report dan insiden flotila Gaza.

Goldstone Report adalah buku yang berisikan hasil investigasi oleh Richard Goldstone dan timnya, berdasarkan mandat Ketua Dewan HAM PBB, atas pelanggaran-pelanggaran hukum internasional dan hukum humaniter terhadap Palestina.

Sementara, insiden flotila Gaza adalah serangan terhadap armada Gaza di perairan internasional Laut Mediterania oleh Israel pada 31 Mei 2010.

(Tribunnews/Febri/Pravitri/Devi Rahma Syafira/Kompas.com/Firda Janati)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved