Jumat, 3 Oktober 2025

Punya Beban Sejarah, Mbak Tutut Diprediksi Sulit Jadi Ketua Umum Golkar

Desakan agar Siti Hardianti Hastuti Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut memimpin partai Golongan Karya(Golkar) belakangan mulai ramai.

Penulis: willy Widianto
Editor: Wahyu Aji
ist
PARTAI GOLKAR - Siti Hardianti Hastuti Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut. Pakar Politik, Agus Widjajanto menilai tantangan Mbak Tutut tidak mudah jika ingin menjadi Ketua Umum Partai Golkar. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Desakan agar Siti Hardianti Hastuti Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut memimpin Partai Golongan Karya(Golkar) belakangan mulai ramai. 

Harapan itu berdasarkan fenomena terkini, dimana tidak ada satupun pengurus teras Partai Golkar berasal dari keluarga Presiden Soeharto

Penggagas dan pendiri Partai Golongan Karya yang awalnya merupakan Sekber Golongan Karya yang dibentuk bersama dengan Soehardiman pada 20 Oktober 1964.

"Ada dorongan dari berbagai elemen masyarakat dan dari tubuh Partai Golkar sendiri  agar Mbak Tutut kembali berlabuh ke Golkar. Kita tahu jika Mbak Tutut itu tidak haus akan kekuasaan, tetapi dengan kembali ke Golkar tentu akan lebih mewarnai jalannya roda partai," kata Pakar Politik, Agus Widjajanto dalam pernyataannya, Kamis(21/8/2025).

Terlepas dari pada peran dan dukungan istana yang saat ini dipimpin Prabowo Subianto sebagai Presiden RI, wacana bergabungnya Mbak Tutut lanjut Agus diharapkan akan lebih mewarnai partai berlambang pohon beringin tersebut dalam dinamika politik nasional.

Apalagi, Mbak Tutut merupakan putra dari mantan Presiden Soeharto yang turut mendirikan Golkar dan berkuasa pada pemerintahan Orde Baru selama 32 tahun.

"Mbak Tutut atau Siti Hardijanti Rukmana tentu kami harapkan akan ikut mengembalikan marwah Partai Golkar sekaligus turut serta dalam mensukseskan pembangunan nasional di bawah pemerintahan baru Prabowo-Gibran," jelasnya.

Agus Widjajanto menyatakan, jika nantinya Mbak Tutut benar-benar bergabung kembali ke partai Golkar artinya ada anak ideologis dan anak biologis dari Presiden kedua HM Soeharto di Golkar.
 
Agus pun menambahkan bahwa Partai Golkar sejak Era Reformasi ada perubahan orientasi kepemimpinan. Dari sebelumnya berorientasi pada tokoh, sekarang pada kader.

"Dengan melihat Golkar yang berorientasi pada kader, ini peluang bagi kader-kader Golkar siapapun dia. Ini pintu masuk, dan sudah waktunya Mbak Tutut masuk mengurus lagi Partai Golkar yang didirikan bapaknya," ujarnya.

Agus menggarisbawahi bahwa tantangan Mbak Tutut tidak mudah. Karena putri sulung Pak Harto itu harus mampu mempengaruhi kader-kader partai Golkar untuk bergabung kembali. Dan itu bergantung pada bagaimana pendekatan Mbak Tutut.

Selain itu, Mbak Tutut mempunyai beban sejarah.

Karena akan banyak pihak yang akan melihat dirinya dengan kiprah bapaknya selama memimpin Orde Baru.

Meski secara obyektif, selain ada beberapa kekurangan namun  banyak juga kelebihan selama Indonesia dipimpin SoeHarto yang bisa mencapai swasembada pangan dan macan Asia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi saat itu.

Diketahui belakangan muncul isu gonjang ganjing di internal partai Golkar.

Mulai dari isu Munaslub dan lainnya. Kekinian muncul nama Siti Hardiyanti Rukmana atau Tutut Soeharto mencuat sebagai kuda hitam yang berpotensi mengubah seluruh perhitungan dan berpotensi jadi orang nomor satu di Golkar.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved