Diplomat Muda Tewas di Menteng
2 Kemungkinan Kematian Arya Daru Menurut Psikolog Forensik: Bunuh Diri atau Kecelakaan
Psikolog forensik Reza Indragiri berpendapat kemungkinan kematian diplomat Kemlu Arya Daru (39) berdasar fakta-fakta yang diungkap kepolisian.
"Saya mencoba mengikuti data-data dan temuan baik dari pihak Polda Metro Jaya maupun dari Kompolnas. Kita ingat-ingat kembali ya apa perkataan mereka ya."
"Pertama, kamar dalam kondisi terkunci, ada kunci berlapis, terkunci dari dalam. Tidak ada tanda-tanda pengerusakan terhadap kunci. Berikutnya sudah dilakukan pemeriksaan terhadap langit-langit kamar, plafon kamar juga tidak ada tanda-tanda dijebol," ujarnya.
Sementara untuk jendela memang ditemukan semacam bekas congkelan.
Tetapi, dari rekaman CCTV terlihat bahwa congkelan itu dilakukan oleh penjaga kos sendiri yang melakukan itu berdasarkan permintaan berulang dari istri almarhum.
"Rekaman CCTV paling tidak yang bisa kita lihat di media tidak memperlihatkan adanya gelagat yang mencurigakan ya. Penjaga kos patroli juga ya mungkin orang hanya menafsirkan yang bukan-bukan, tetapi mata awam saya melihat penjaga kos patroli itu justru merupakan perilaku yang bertanggung jawab gitu," ungkap Reza.
Selain itu, keterangan dari sesama penghuni rumah itu yang tidak mendengar kegaduhan apapun pada malam itu.
Pemeriksaan terhadap ruangan, terhadap lakban dan seterusnya, kepolisian hanya menemukan satu sidik jari, yaitu milik Arya Daru.
"Nah, rangkaian data atau temuan semacamitu memang memandu saya untuk bernalar bahwa kemungkinannya cuma dua. Almarhum meninggal akibat bunuh diri ataukah almarhum meninggal akibat kecelakaan."
"Akhirnya tersisa hanya dua kemungkinan," ungkap Reza.
Kemungkinan Arya Daru meninggal karena situasi alami bisa langsung dikesampingkan.
"Sementara untuk bernalar tentang kemungkinan almarhum meninggal akibat perbuatan orang lain, misalnya pembunuhan, itu juga gugur akibat adanya data-data dan temuan-temuan yang tidak mendukung," jelasnya.
Reza menjelaskan lebih lanjut mengenai kecelakaan yang dimaksud.
"Kecelakaan ini adalah almarhum sedang melakukan suatu kegiatan, tidak ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya, tidak terpikir untuk mengakhiri hidupnya."
"Tapi ada situasi yang muncul seketika yang betul-betul di luar kendali dirinya," ujarnya.
Reza mengatakan, orang menutup kepala menggunakan lakban tidak bisa serta-merta 100 persen diyakini sebagai cara orang untuk mengakhiri hidup.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.