MK Larang Pimpinan Organisasi Advokat Rangkap Pejabat Negara, Peradi Duga Otto Jadi Sasaran Tembak
Peradi menduga bahwa Otto Hasibuan selaku pimpinannya di organisasi menjadi sasaran tembak dari adanya putusan MK
Penulis:
Fahmi Ramadhan
Editor:
Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) pimpinan Otto Hasibuan mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang melarang pimpinan organisasi advokat rangkap jabatan sebagai ketika ditunjuk sebagai pejabat negara.
Kuasa Hukum Peradi, Sapriyanto Refa menduga bahwa Otto Hasibuan selaku pimpinannya di organisasi menjadi sasaran tembak dari adanya putusan MK tersebut.
"Kami menduga ini sasaran tembaknya ke Pak Otto ya. Tapi kalau ke Pak Otto saya rasa enggak pas karena kan ini aturan main dalam organisasi yang harus dihargai oleh semua pihak," kata Refa saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (31/7/2025).
Dijelaskan Refa, salah satu poin yang cukup dikritisi oleh pihaknya yakni terkait pertimbangan MK soal potensi benturan kepentingan apabila pimpinan organisasi advokat merangkap jabatan sebagai Menteri atau Wamen.
Menurut Refa, benturan kepentingan itu tidak mungkin terjadi lantaran baik di organisasi advokat maupun di kementerian punya aturan sendiri yang mengatur peran seorang pejabat dalam menjalankan tugasnya.
"Kementerian punya aturan sendiri, punya UU tentang Kementerian yang memberikan tugas dan kewenangan Menteri dan Wamen. Kewenangan dia berbeda dengan apa yang menjadi kewenangan organisasi advokat yang sudah diatur dalam AD/ART-nya. Sehingga enggak mungkin terjadi benturan kepentingan," kata Refa.
Baca juga: Andri Darmawan Minta Otto Hasibuan Mundur Jadi Ketua PERADI usai Gugatannya di MK Dikabulkan
Refa menjelaskan, dalam aturan di dua lembaga itu telah membatasi segala bentuk tindakan daripada pejabat Menteri, Wamen ataupun pimpinan organisasi advokat.
Sehingga menurut dia potensi adanya benturan kepentingan itu pun nantinya tidak mungkin terjadi.
"Di Peradi misalnya, kan punya aturan main yang membatasi atau tindakan tindakan yang dilakukan Ketua Umum. Di Kementerian pun juga punya batasan, jadi gak mungkin terjadi benturan kepentingan," jelasnya.
MK sebelumnya menyatakan pimpinan organisasi advokat tidak boleh rangkap jabatan ketika mereka ditunjuk sebagai pejabat negara, termasuk menteri atau wakil menteri.
MK juga melarang pimpinan organisasi advokat merangkap jabatan sebagai pimpinan partai politik.
MK mengatur agar pimpinan organisasi advokat memegang masa jabatan selama 5 tahun dan hanya dapat dipilih kembali 1 kali alias dibatasi hanya menjabat 2 periode dalam jabatan yang sama, baik secara berturut-turut atau tidak berturut-turut.
Dalam pertimbangan hukumnya, MK menyampaikan bahwa putusan MK Nomor 80/PUU-XVII/2019 telah menegaskan bahwa status jabatan wakil menteri ditempatkan sama dengan status yang diberikan kepada menteri.
Sehingga, larangan rangkap jabatan yang berlaku bagi menteri sebagaimana norma Pasal 23 UU 39/2008 juga berlaku untuk wakil menteri.
Baca juga: Jimly Asshiddiqie: Putusan MK soal Pemilu Terpisah Bikin Prabowo Marah
"Dengan status demikian, seluruh larangan rangkap jabatan yang berlaku bagi menteri seperti yang diatur dalam norma Pasal 23 UU 39/2008 berlaku pula bagi wakil menteri," kata Hakim Konstitusi Arsul Sani saat membaca pertimbangan hukum putusan uji materil UU Advokat di ruang sidang utama, Gedung MK, Jakarta Pusat, Rabu (30/7/2025).
MK Minta Polri dan Kemenhub Hadirkan Fasilitas Lalu Lintas Ramah Penyandang Buta Warna |
![]() |
---|
MK Tolak Seluruh Permohonan Uji Formil Revisi UU TNI dari Masyarakat Sipil dan Mahasiswa |
![]() |
---|
Pasal ‘Sapu Jagat’ UU Tipikor Digugat Adelin Lis, DPR Tegaskan Pentingnya Kepastian Hukum |
![]() |
---|
Pengacara Sebut KPU Tak Bisa Disalahkan Buntut Buron Pembunuhan Anak Dapat SKCK Jadi Anggota DPRD |
![]() |
---|
Gelar Rakercab, DPC Peradi Jakarta Barat Tingkatkan Soliditas hingga Ilmu Pengetahuan Anggota |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.