Senin, 6 Oktober 2025

Benarkah Tempe dari Kedelai Impor Mengandung GMO Sebabkan Kanker, Ini Penjelasan Ahli Pangan IPB

GMO adalah organisme yang materi genetiknya telah diubah secara sengaja menggunakan teknik rekayasa genetika modern.

TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
ILUSTRASI. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Isu terkait tempe yang dibuat dari kedelai impor bisa menyebabkan kanker mencuat kembali.

Di media sosial dikatakan bahwa kedelai impor yang dimaksud adalah yang mengandung genetically modified organism (GMO) atau Pangan Rekayasa Genetika, dimana orang yang mengonsumsi makanan itu dalam waktu lama maka penyakit bisa muncul.

Benarkah demikian?

Mengutip dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2023, GMO adalah organisme yang materi genetiknya telah diubah secara sengaja menggunakan teknik rekayasa genetika modern.

Dalam konteks pertanian, kedelai GMO, teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan hasil panen, ketahanan terhadap hama, dan efisiensi produksi, sebagai bagian dari strategi menghadapi tantangan ketahanan pangan global.

Pakar Keamanan Pangan Prof Ahmad Sulaeman mengatakan, makanan dengan rekayasa genetika sebenarnya sudah lama dikonsumsi masyarakat.

Baca juga: Perintah Mencurigakan Israel pada Warga Palestina, GMO: Hati-hati karena Tak Bisa Dipercaya

Misalnya roti, biskuit, mie instan, atau makanan yang berbahan dasar gandum mengandung GMO.

Juga jagung, kentang, tomat, bibitnya dari rekayasa genetika.

“Sepanjang yang saya pernah baca belum ada penelitian atau bukti klinis yang kuat bahwa produk rekayasa genetika menyebabkan kanker,” jelas Prof Ahmad Sulaeman dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (15/7).

Adapun WHO ujar dia, menyatakan makanan GMO yang beredar di pasar internasional telah lulus penilaian keamanan dan tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia.

”Pangan Produk rekayasa genetika memang dipilih agar mampu mengatasi berbagai hambatan dan meningkatkan manfaat baiknya, apalagi sudah pasti produk hasil rekayasa genetika lebih minim penggunaan pestisida dan herbisida,” jelas Guru Besar Bidang Keamanan Pangan IPB ini.
 
Ditambahkan Ketua Umum Forum Tempe Indonesia (FTI) Prof. Hardinsyah, penyebaran informasi terkait tempe penyebab kanker dapat menimbulkan ketakutan di masyarakat dan berdampak pada pengrajin tempe.

Pengolahan tempe dilakukan dalam beberapa tahapan seperti pencucian, perendaman, pengasaman, perebusan dan fermentasi. 

Menurut para ahli semua proses tersebut mampu mendegradasi komponen kimia yang terkandung pada kedelai.

”Kepada seluruh pihak apakah praktisi kesehatan, akademisi atau influencer, kami menghimbau agar memberikan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan dengan data dan fakta yang jelas,” ujar Prof. Hardinsyah.

Makanan tempe hampir setiap hari dan nyaris di mana pun mudah dijumpai dari restoran hingga warung-warung makan sederhana.

Selain harganya yang terjangkau, tempe memiliki rasa yang lezat serta punya banyak manfaat bagi kesehatan.

Tempe masuk dalam pilihan ahli gizi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk pemenuhan protein sebesar 30 persen selain protein hewani seperti ayam atau daging.

“Tempe itu sebenarnya tidak diwajibkan juga itu sudah muncul karena harga yang terjangkau dan juga manfaat dari tempe itu sangat baik bagi meningkatkan imun anak,” ujar Staf Khusus Badan Gizi Nasional Guru Besar FEMA IPB University Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS.

Kehadiran tempe dalam menu MBG, menurut FTI akan mendukung produksi tempe lokal di hampir semua daerah di Indonesia, mengurangi biaya transportasi dan risiko kerusakan makanan.
 
"Kami berdiri sejak 2008 hingga saat ini lfokus untuk menaikkan kelas pengrajin tempe agar memenuhi standar keamanan pangan (higienis). Karena selain tempe memiliki keunggulan dari kandungan gizinya, kualitas sebagai bahan pangan tempe juga harus terus ditingkatkan,” ujar Sekjen FTI M. Ridha.

Melansir data BPS, impor kedelai Indonesia tahun 2024 sebesar 2,676 juta ton atau naik 17,68 persen dari 2023.

Sementara produksi kedelai lokal tahun 2024 hanya mencapai 558.600 ton dan terus menurun setiap tahunnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved