Senin, 6 Oktober 2025

Antisipasi Situasi Global Memanas, Kadin Usul Kerjasama Nuklir dengan Kanada dan Korea

Aryo Djojohadikusumo mengatakan kerja sama pengembangan nuklir sebagai pembangkit listrik lebih aman jika dijalin dengan Korea dan Kanada. 

Editor: Dodi Esvandi
HANDOUT
Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kadin Indonesia, Aryo Djojohadikusumo berbicara di acara Energi Insights Forum, Unpacking Indonesia’s New RUPTL: Policy and Market Implication, Rabu (9/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kadin Indonesia, Aryo Djojohadikusumo mengatakan kerja sama pengembangan nuklir sebagai pembangkit listrik lebih aman jika dijalin dengan Korea dan Kanada. 

Hal ini mengantisipasi tensi panas di tengah situasi global terkait penetapan tarif resiprokal oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dalam RUPTL 2025-2034 Indonesia berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berkapasitas total 500 megawatt. 

Aryo menyebut pihaknya menerima banyak pertanyaan dari negara-negara lain terkait pengembangan nuklir. 

Menurut dia, pembahasan terkait nuklir identik dengan negara seperti AS, Rusia, dan Cina. 
Namun, kata Aryo, sebetulnya negara seperti Kanada yang memiliki cadangan uranium cukup besar juga menarik.

“Ada teknologi yang sangat menarik dari Kanada dan Korea. Menurut saya ini jauh lebih diterima pemerintah Presiden Donald Trump, kami tidak ingin membuat pihak AS cemas,” kata Aryo dalam acara Energi Insights Forum, Unpacking Indonesia’s New RUPTL: Policy and Market Implication, Rabu (9/7/2025).

Aryo juga mengatakan rencana pembangunan PLTN di Indonesia menarik untuk dibahas, terutama terkait pengembangannya dalam skala kecil atau small modular reaktor.

Transisi energi

Aryo juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat transisi energi. 

Menurut dia, target penambahan kapasitas di dalam RUPTL adalah momentum besar Indonesia untuk menjadi pemain penting transisi energi dunia. 

Oleh karena itu, memerlukan kolaborasi konkret di antara stakeholder terkait.

“Dokumen (RUPTL) ini bukan sekadar daftar proyek kelistrikan, tetapi peta jalan masa depan ekonomi Indonesia yang lebih berdaya saing sekaligus berkomitmen pada target iklim global,” ujar Aryo.

Mantan anggota Komisi VII DPR RI itu juga mengingatkan pentingnya ekosistem bisnis sektor energi, khususnya energi terbarukan agar dapat berkembang. 

Diperlukan aksi konkret dari seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan ekosistem energi terbarukan yang sehat, kompetitif, dan berkelanjutan di dalam negeri.

Dalam dokumen RUPTL yang baru saja dirilis, pemerintah melalui Kementerian ESDM & Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW), yang mana 42,6 GW di antaranya berasal dari sumber energi terbarukan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved