Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Menlu Sebut Rivalitas Geopolitik Bisa Meletus ke Indo-Pasifik Jika Konflik Timur Tengah Tak Diredam

Ia menekankan bahwa dalam situasi global yang sangat terkoneksi seperti saat ini, maka krisis di satu titik bisa berdampak langsung ke kawasan lain.

Penulis: Igman Ibrahim
Tribunnews.com/Chaerul Umam
KONFLIK IRAN ISRAEL - Menteri Luar Negeri RI Sugiono di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/6/2025). Sugiono memperingatkan bahwa konflik yang terus memanas di kawasan Timur Tengah berpotensi memicu rivalitas geopolitik yang lebih luas, termasuk di kawasan Indo-Pasifik. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri RI, Sugiono memperingatkan bahwa konflik yang terus memanas di kawasan Timur Tengah berpotensi memicu rivalitas geopolitik yang lebih luas, termasuk di kawasan Indo-Pasifik.

Hal itu ia sampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/6/2025).

Baca juga: Israel Krisis Senjata, Stok Amunisi Ludes usai Perang 12 Hari dengan Iran

“Timur Tengah saat ini berada di titik krisis, dan kita tidak menutup mata. Jika situasi ini tidak dikelola dengan baik, maka rivalitas geopolitik yang semakin meruncing bisa membuka ruang bagi konflik terbuka di belahan dunia, termasuk di kawasan Indo-Pasifik,” ujar Sugiono.

Ia menekankan bahwa dalam situasi global yang sangat terkoneksi seperti saat ini, maka krisis di satu titik bisa berdampak langsung ke kawasan lain.

“Apa yang terjadi di suatu tempat, di suatu titik, akan dengan cepat mempengaruhi kondisi dan situasi negara-negara lain,” jelasnya.

Sugiono juga menyinggung soal persepsi di berbagai kalangan bahwa Israel seolah-olah lolos dari jerat hukum internasional. Ia menyebut hal ini bisa menjadi preseden berbahaya bagi aktor negara lain.

Baca juga: Menlu Sugiono Paparkan Progres Evakuasi WNI dari Iran, Siapkan Langkah Kontingensi di Timur Tengah

“Kondisi di mana Israel seolah-olah lolos dari jerat hukum internasional juga dapat menginspirasi aktor-aktor lain untuk bersikap lebih asertif dan mungkin berani juga mencoba melanggar hukum-hukum internasional dengan kedok mengamankan kepentingan nasionalnya,” tegas dia.

Menurutnya, situasi ini menandakan melemahnya kepercayaan terhadap sistem hukum internasional dan menguatnya tren negara-negara untuk bertahan sendiri.

“Survivability saat ini menjadi sesuatu yang semakin mengemuka, tidak lagi kolaborasi dan kooperasi, tapi bagaimana suatu negara itu harus survive,” pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved